7.30.2021

Komunitas Seni Ruang Rupa Metamorfosa Turut Memeriahkan Pagelaran Budaya Wilayah 3 di Taman Budaya

Komunitas Seni Ruang Rupa Metamorfosa akan pentaskan Sendratari Penari Penolak Balak yang dipercaya sakral oleh masyarakat desa Batu Belarik di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu
    Tari Parang adalah tarian khas Suku Rejang masyarakat Batu Belarik Kepahiang. Tarian ini bertujuan sebagai ritual bersih desa dan tolak bala agar desa tetap dalam keadaan aman dan tenteram. Penari Parang dipilih secara supranatural oleh dukun setempat, namun biasanya, penari Parang adalah keturunan dari penari sebelumnya. Penari Parang biasanya adalah seorang gadis yang belum akil balig dan ritual pun dilaksanakan tujuh hari sesudah hari raya Idul Fitri, penari Parang adalah seorang wanita yang berusia diatas dua puluh tahun. Tari Parang merupakan tradisi yang sudah cukup tua sehingga sangat sulit diacak asal usul dimulainya. Namun menurut catatan, penari Parang pertama yang diketahui bernama Semi.
    Ritual tari Parang diawali atau dibuka oleh masyarakat desa yang berduyun-duyun berdoa untuk tidak datang musibah/Bala. Musibah atau Bala disimbolkan dengan Penari Bala yang memakai busana hitam. Tak lama kemudian muncullah dukun desa. Sang dukun mulai mengasapi sang penari Parang dengan asap dupa sambil mengucapkan mantera. Setelah sang penari kesurupan atau kejiman menurut bahasa lokal yang ditandai dengan jatuhnya piring yang dibawa masyarakat tadi, maka pertunjukan pun dimulai. Penari Parang yang sudah kejiman atau kesurupuan tadi menari dengan gerakan monoton dengan sang dukun yang memgiringi mantera-mantera. Kadang juga berkeliling desa sambil menari. Setelah beberapa lama menari, kemudian sang penari Parang menginjak piring-piring yang telah ditata oleh masyarakat sebagai penolak Bala.
        Di lain pihak, penari Bala berangsur-angsur menghilang, dan kepercayaan masyarakat Batu  Belarik tentang Penari Parang pun dianggap Sakral karena dapat mengusir Bala/Musibah.

Penemuan Situs Tempayan Kubur di Desa Suro Muncar Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu

Beberapa tempayan kubur (tajau) yang diperkirakan dibuat pada 600 tahun sesudah masehi ditemukan di desa Suro Muncar Kabupaten Kepahiang provinsi Bengkulu 

Tempayang kubur tersebut ditemukan para peneliti dari Balai Arkeologi Sumsel yang melakukan penggalian sejak 24 Juli 2021 lalu.

"Dari lokasi penggalian, kami menemukan kurang lebih 32 tajau kemudian di tempat lain yang hanya berjarak sekitar dua meter ditemukan lagi satu tempayan," ungkap Ketua Tim Peneliti Penguburan yang merupakan dosen dari Udayana Bali

Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) kabupaten Kepahiang turun melihat dan mengkaji proses penggalian situs tersebut.

Kuburan batu ini bentuknya silindris, terdiri dari dua bagian yakni bagian wadah tempat diletakan tulang belulang dan bagian tutup.

Tempayan tersebut berfungsi sebagai `kuburan sekunder` (tempat penyimpanan sisa jenazah/kerangka).

PELIMA CERIA KUJANG

Di kelas, saya menghadapi peserta didik kelas tujuh yang tidak semangat dalam pembelajaran materi menulis dan menceritakan kembali cerita. K...