10.02.2025
Kolaborasi bersama komunitas MOB Nusantara dalam penggarapan pagelaran musik kontemporer Beringit suku Rejang Kepahiang
Menggali Roh Musik Rejang: Kolaborasi Historis MOB Nusantara dan Komunitas Lokal di Kepahiang
Musik tradisional sering kali berjuang menemukan tempatnya di tengah gempuran tren modern. Namun, di Kepahiang, Bengkulu, sebuah kolaborasi epik baru saja terjadi, membuktikan bahwa warisan leluhur dapat bersinar terang di panggung kontemporer.
Komunitas lokal di Kepahiang, bersama dengan MOB Nusantara (Masyarakat Objek Budaya Nusantara), baru-baru ini meluncurkan sebuah pagelaran musik yang ambisius: merevitalisasi dan menghidupkan kembali "Beringit", sebuah genre musik lisan Suku Rejang, dalam format kontemporer.
Apa Itu Beringit?
Bagi masyarakat Rejang, Beringit bukan sekadar nyanyian, melainkan narasi lisan yang diiringi musik yang sarat akan sejarah, nasihat, dan filsafat hidup. Beringit seringkali berfungsi sebagai media komunikasi tradisi, disampaikan dalam acara-acara adat, perkawinan, atau saat bersantai di pondok (kebun).
Sayangnya, seperti banyak tradisi lisan lainnya, musik Beringit menghadapi ancaman serius. Minimnya dokumentasi, berkurangnya penutur asli, dan pergeseran minat generasi muda membuat genre ini terancam punah. Di sinilah peran kolaborasi strategis ini menjadi sangat vital.
Kolaborasi: Dari Arsip ke Panggung Kontemporer
Penggarapan pagelaran ini adalah sebuah proses "napak tilas" yang menyeluruh, melibatkan tiga tahap utama:
1. Riset dan Pengarsipan
Fase awal melibatkan riset etnografi intensif. Tim dari MOB Nusantara dan komunitas lokal bekerja sama mewawancarai para tetua adat (Tuo Adat) dan penutur asli Beringit yang tersisa. Kami tidak hanya merekam melodi dan lirik, tetapi juga menggali makna filosofis di balik setiap suku kata dan instrumen yang digunakan.
"Kami menemukan bahwa Beringit memiliki struktur ritme yang unik dan modulasi vokal yang rumit. Ini adalah harta karun musik yang tak ternilai," ujar salah satu koordinator riset dari tim lokal.
2. Workshop dan Translasi Kontemporer
Setelah data terkumpul, proses dilanjutkan dengan workshop intensif. Komposer dari MOB Nusantara, yang dikenal ahli dalam mengolah musik tradisi menjadi sajian modern, mulai mentranslasikan struktur Beringit ke dalam aransemen musik kontemporer.
Tantangannya adalah menemukan keseimbangan: mempertahankan roh otentik Rejang sambil memasukkan elemen baru seperti harmonisasi, instrumentasi modern (seperti synthesizer atau perkusi non-tradisional), tanpa menghilangkan intonasi vokal asli yang khas.
3. Pagelaran: Menghubungkan Dua Zaman
Puncaknya adalah pagelaran musik kontemporer tersebut. Di panggung, musisi lokal Rejang, termasuk penutur Beringit generasi ketiga, tampil bersama musisi profesional dari MOB Nusantara.
Pagelaran ini bukan hanya pertunjukan, melainkan sebuah dialog artistik yang memperlihatkan bagaimana tempo dan nuansa Beringit dapat beresonansi kuat di telinga pendengar abad ke-21. Ini membuktikan bahwa musik adat tidak harus kaku atau kuno; ia bisa hidup, berkembang, dan menawan secara universal.
Dampak Jangka Panjang: Penguatan Identitas
Kolaborasi ini menghasilkan dampak yang jauh melampaui tepuk tangan di akhir pertunjukan:
Arsip Digital: Seluruh hasil riset, notasi musik kontemporer, dan rekaman audio-visual pertunjukan kini menjadi aset arsip budaya digital yang dapat digunakan untuk penelitian dan pembelajaran.
Regenerasi: Proyek ini memicu minat baru di kalangan pemuda Kepahiang untuk mempelajari Beringit. Mereka tidak lagi melihatnya sebagai warisan tua, tetapi sebagai materi kreatif yang dapat mereka olah dan banggakan.
Literasi Budaya: Pagelaran ini meningkatkan kesadaran publik Bengkulu (dan Indonesia) terhadap kekayaan musik Suku Rejang, menempatkan Beringit sebagai objek Pemajuan Kebudayaan yang layak mendapat perhatian nasional.
Kolaborasi antara komunitas lokal Kepahiang dan MOB Nusantara ini adalah contoh cemerlang bagaimana warisan budaya tak benda dapat diselamatkan dan diperkuat melalui sinergi antara semangat lokal dan keahlian profesional. Beringit telah kembali bernyanyi, siap menyambut masa depan yang lebih cerah di panggung dunia.
9.24.2025
KEGIATAN 4 : MEMAKNAI
- Setelah melihat gambar tersebut, apa yang terlintas di benak kalian tentang jenis cerita seperti ini?
- Bagaimana cara cerita rakyat diturunkan dari generasi ke generasi?
9.19.2025
PEMAHAMAN CERITA RAKYAT KEPAHIANG
- Apakah ada nilai atau tradisi masyarakat Kepahiang yang tergambar dalam cerita ini?
- Apakah permasalahan yang dihadapi tokoh dalam cerita masih relevan dengan kehidupan kita sekarang? Bagaimana cara masyarakat dulu menyelesaikannya?
- Identifikasi nilai-nilai lokal yang terkandung dalam cerita, seperti keterbukaan, kejujuran, atau semangat pantang menyerah!
9.05.2025
Game Kuis Materi Cerita Rakyat Berbasis Digital
Halo semua! 👋
Apakah kamu siap menguji pengetahuanmu tentang kekayaan cerita rakyat Indonesia? Ayo, ikuti kuis seru kami yang berbasis digital! Kami tahu, belajar bisa jadi membosankan, tapi tidak dengan kuis ini. Kami ingin membuktikan bahwa belajar cerita rakyat bisa jadi kegiatan yang menyenangkan dan interaktif.
Kuis ini tidak hanya sekadar pertanyaan dan jawaban. Setiap pertanyaan dilengkapi dengan ilustrasi menarik yang akan membantumu memahami cerita dengan lebih baik. Setiap jawaban yang kamu berikan juga akan langsung mendapatkan umpan balik, sehingga kamu bisa tahu seberapa jauh pemahamanmu.
Fitur Unggulan Kuis Kami:
Ilustrasi Menarik: Setiap pertanyaan dilengkapi dengan visualisasi yang indah.
Umpan Balik Instan: Langsung tahu jawabanmu benar atau salah.
Akses Fleksibel: Kuis bisa diakses dari mana saja dan kapan saja, baik melalui komputer, tablet, maupun ponsel.
Cocok untuk Semua Usia: Baik kamu pelajar, guru, atau bahkan orang tua yang ingin mengenalkan cerita rakyat pada anak, kuis ini cocok untuk semua.
Tunggu apa lagi? Klik di sini untuk memulai petualangan seru ini! Mari lestarikan budaya Indonesia dengan cara yang modern dan menyenangkan.
Bagikan hasil terbaikmu di kolom komentar dan tantang teman-temanmu untuk mengalahkan skormu! Sampai jumpa di kuis! 😊
9.03.2025
Pelatihan Pembuatan Bahan Ajar Cerita Rakyat Berbasis Culturally Responsive Teaching untuk Guru Bahasa Indonesia SMP Di Kabupaten Kepahiang
Kami berkolaborasi dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Kepahiang sebagai mitra utama. MGMP
Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Kepahiang merupakan wadah resmi bagi guru-guru
Bahasa Indonesia SMP di seluruh wilayah Kepahiang untuk berdiskusi, berbagi
pengalaman, dan mengembangkan kompetensi profesional. Keanggotaannya meliputi
perwakilan guru dari berbagai sekolah SMP di Kepahiang, mencakup guru-guru
dengan pengalaman mengajar yang bervariasi, mulai dari guru muda hingga guru
senior. MGMP ini secara rutin mengadakan pertemuan untuk membahas isu-isu
terkait kurikulum, metode pengajaran, dan peningkatan kualitas pendidikan
Bahasa Indonesia. Melalui kemitraan dengan MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten
Kepahiang, kami optimis dapat menjangkau sebagian besar guru Bahasa Indonesia
SMP di wilayah ini, memastikan bahwa pelatihan yang diberikan relevan dengan
kebutuhan lapangan, dan memfasilitasi keberlanjutan dampak program.
Pemanfaatan potensi cerita
rakyat sebagai bahan ajar di sekolah-sekolah, khususnya di Kabupaten Kepahiang,
belum sepenuhnya optimal. Observasi awal dan diskusi dengan Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Kepahiang menunjukkan
beberapa tantangan. Guru-guru dihadapkan pada keterbatasan waktu, minimnya
sumber daya bahan ajar yang inovatif, serta kurangnya pemahaman mendalam
tentang bagaimana mengintegrasikan cerita rakyat secara efektif ke dalam
kurikulum dan proses pembelajaran. Lebih lanjut, konsep Culturally
Responsive Teaching (CRT), sebuah pendekatan pedagogis yang menekankan
pentingnya mengakomodasi latar belakang budaya siswa dalam pembelajaran, masih
tergolong baru dan belum banyak diterapkan secara sistematis dalam pengembangan
bahan ajar. Padahal, penerapan CRT sangat relevan untuk konteks Kabupaten
Kepahiang yang kaya akan warisan budaya lokal, memastikan bahwa pembelajaran
Bahasa Indonesia tidak hanya menyentuh aspek kognitif, tetapi juga afektif dan
psikomotorik siswa dengan menghargai identitas budaya mereka.
Menyikapi kondisi tersebut,
MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Kepahiang telah mengidentifikasi kebutuhan
mendesak akan peningkatan kapasitas profesional guru-guru anggotanya dalam
mengembangkan bahan ajar cerita rakyat yang inovatif, relevan, dan terintegrasi
dengan prinsip-prinsip CRT. Kebutuhan ini muncul dari keinginan kuat MGMP untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia, sekaligus melestarikan dan
memperkenalkan nilai-nilai budaya lokal kepada siswa melalui media yang akrab
dengan mereka. Oleh karena itu, melalui program pengabdian masyarakat ini, kami
mengusung "PELATIHAN PEMBUATAN BAHAN AJAR CERITA RAKYAT BERBASIS
CULTURALLY RESPONSIVE TEACHING UNTUK GURU BAHASA INDONESIA SMP DI KABUPATEN
KEPAHIANG" sebagai upaya kolaboratif untuk menjawab kebutuhan mitra
dan berkontribusi nyata pada kemajuan pendidikan di wilayah ini.
Pelatihan ini diharapkan
dapat membekali guru dengan pengetahuan dan keterampilan praktis untuk
menciptakan bahan ajar yang tidak hanya memenuhi tuntutan kurikulum, tetapi
juga memberdayakan siswa dengan menghargai keberagaman latar belakang budaya
mereka.
Pengabdian
dilaksanakan berupa pelatihan kepada guru yang merupakan anggota MGMP Bahasa Indonesia
SMP Kabupaten Kepahiang berupa keterampilan pembuatan bahan ajar pembelajaran
bahasa dan budaya Masyarakat kabupaten Kepahiang yang kreatif dan inovatif
dengan menggunakan berbasis Culturally Responsive Teaching. Melalui kegiatan
ini, nantinya dapat membentuk tenaga guru yang multi skill di dalam bahasa dan
budaya kearifan lokal kabupaten Kepahiang. Selain itu, dengan adanya
keterampilan tersebut, masyarakat sasaran memiliki kesempatan menciptakan
proses pembelajaran yang lebih menarik dan efektif; dapat mengembangkan bahan
ajar pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk mendorong motivasi,
perkembangan kognisi, perkembangan interpersonal dan perkembangan aspek sosial
yang dimiliki.
Berhasil
tidaknya kegiatan pengabdian ini dilakukan, dapat dilihat dari antusias
peserta. Antusiasme dari peserta dapat dilihat dari evaluasi kegiatan terhadap
peserta. Evaluasi dilakukan dengan mengamati kinerja para peserta. Pada saat
berlangsungnya kegiatan, semua peserta mampu mengulangi atau mengikuti dari
materi yang disampaikan. Selain itu, berhasil atau tidaknya kegiatan ini
dilakukan yaitu adanya indikator. Indikator pencapaian yang ditetapkan adalah,
bahwa pengabdian dinyatakan berhasil apabila masing-masing peserta sudah
memiliki minimal satu model pembelajaran yang memuat materi pembelajaran dan
mampu memanfaatkan materi untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran di
kelas.
Pengembangan
bahan ajar pembelajaran yang berhasil dibuat oleh peserta, misalnya dapat
membuat variasi tema pertanyaan yang digunakan di dalam materi teks cerita
rakyat; dengan basis culturally responsive teaching bisa belajar angka dalam
bahasa Indonesia, bisa belajar nama-nama benda yang ada di bahan ajar Media
Pembelajaran Interaktif baik yang berhubungan dengan bahasa maupun budaya Masyarakat
kabupaten Kepahiang.
Berikut
adalah dokumentasi atau foto-foto dari pelaksanaan kegiatan pengabdian tersebut.
Gambar
diatas merupakan proses pemberian materi tentang bahan ajar berbasis culturally
responsive teaching, jenis – jenis ajar memirsa, dan materi teks cerita rakyat
yang menggunakan pendekatan CRT. Para peserta antusias mengikuti pemaparan
materi, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada pemateri oleh
peserta.
Kegiatan
ini membangun jaringan dan kolaborasi antar guru Bahasa Indonesia di Kabupaten
Kepahiang. Mereka saling berbagi ide, sumber daya, dan tantangan dalam
mengimplementasikan bahan ajar berbasis CRT, menciptakan komunitas praktisi
yang saling mendukung.
Kegiatan
ini mencakup materi terkait pembelajaran berbasis culturally responsive
teaching, agar guru dapat menyusun RPP dan bahan ajar yang mengintegrasikan
cerita rakyat lokal dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching.
Pada pelatihan ini peserta pun mempresentasikan hasil karya mereka dengan baik
dan menjelaskan relevansi bahan ajar tersebut terhadap konteks budaya siswa.
Kegiatan
ini pesert pun menggunakan media digital untuk membuat bahan ajar yang menarik.
Secara keseluruhan, kegiatan pengabdian ini berhasil memberdayakan guru Bahasa
Indonesia di Kabupaten Kepahiang dengan pengetahuan dan keterampilan praktis
untuk menciptakan pembelajaran yang lebih inklusif, relevan, dan bermakna bagi
siswa mereka.
a. Hasil Langsung (Tangible Output)
Kegiatan ini memberikan hasil secara langsung dan tidak langsung, yaitu ;
1. Media
Pembelajaran Interaktif (MPI) dan Bahan Ajar Digital: Peserta, yang terdiri
dari guru Bahasa Indonesia SMP di Kabupaten Kepahiang, membuat media
pembelajaran interaktif yang dibuat dengan aplikasi Canva yang berisi pembelajaran
berbasis Culturally Responsive Teaching (CRT), panduan praktis, dan
contoh-contoh pembuatan bahan ajar cerita rakyat. Selain itu, mereka juga
mendapatkan akses ke repository digital berisi bahan ajar cerita rakyat
dalam format e-book, video pembelajaran, dan lembar kerja siswa yang
telah dikembangkan selama pelatihan.
2. Bahan
Ajar Inovatif: Setiap peserta berhasil menyusun minimal satu bahan ajar cerita
rakyat yang terintegrasi dengan prinsip CRT. Bahan ajar ini mencakup:
o Cerita
Rakyat Lokal: Peserta menggunakan cerita rakyat yang relevan dengan budaya dan
sejarah Kepahiang, seperti legenda Bukit Kaba atau cerita-cerita lokal lainnya,
sebagai inti materi.
o Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP): RPP yang disusun berfokus pada pendekatan
pembelajaran yang mengakomodasi latar belakang budaya siswa.
o Media
Pembelajaran: Peserta membuat media pembelajaran yang kreatif, seperti komik
digital, storyboard, atau video pendek yang mengadaptasi cerita rakyat
lokal.
o Penilaian
Otentik: Peserta merancang instrumen penilaian yang relevan dengan konteks
budaya siswa, misalnya melalui tugas proyek yang melibatkan keluarga atau
komunitas.
b. Hasil
Tidak Langsung (Intangible Output)
1. Peningkatan Kompetensi Guru: Guru-guru yang
menjadi peserta mengalami peningkatan pemahaman dan keterampilan dalam:
o Konsep
Culturally Responsive Teaching: Mereka kini memahami pentingnya
menghubungkan materi pelajaran dengan identitas budaya siswa untuk meningkatkan
motivasi dan keterlibatan mereka di kelas.
o Pemanfaatan
Teknologi: Guru menjadi lebih mahir dalam menggunakan aplikasi dan perangkat
lunak untuk membuat bahan ajar digital yang menarik dan interaktif.
o Pengembangan
Bahan Ajar: Keterampilan guru dalam merancang bahan ajar yang inovatif,
kreatif, dan relevan dengan konteks lokal meningkat secara signifikan.
2. Penguatan Komunitas Guru: Kegiatan ini
membangun jaringan dan kolaborasi antar guru Bahasa Indonesia di Kabupaten
Kepahiang. Mereka saling berbagi ide, sumber daya, dan tantangan dalam
mengimplementasikan bahan ajar berbasis CRT, menciptakan komunitas praktisi
yang saling mendukung.
3. Dampak pada Pembelajaran Siswa: Meskipun
dampaknya tidak langsung terukur dalam waktu singkat, bahan ajar yang
dikembangkan oleh guru berpotensi besar untuk:
o Meningkatkan
Minat Belajar: Siswa akan merasa lebih terhubung dengan materi pelajaran karena
cerita yang diajarkan relevan dengan latar belakang budaya mereka.
o Membangun
Jati Diri Lokal: Pembelajaran cerita rakyat lokal membantu siswa menghargai dan
memahami warisan budaya mereka sendiri.
o Meningkatkan
Hasil Belajar: Siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep Bahasa Indonesia
karena materi disajikan dalam konteks yang familier dan bermakna.
4.20.2025
PENGANTAR MATERI CERITA RAKYAT
-
UMEAK MENO'O Didirikan di Kesambe Baru pada tahun 1901 M (1322H) oleh seorang imam Kesambe bernama Ali Jemun. Rumah ini memi...
-
Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian...
-
Tujuan Pembelajaran Khusus CGP dapat menjelaskan pentingnya konsep pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pem...










%20(29%20x%2021%20cm).jpg)