Kami berkolaborasi dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Kepahiang sebagai mitra utama. MGMP
Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Kepahiang merupakan wadah resmi bagi guru-guru
Bahasa Indonesia SMP di seluruh wilayah Kepahiang untuk berdiskusi, berbagi
pengalaman, dan mengembangkan kompetensi profesional. Keanggotaannya meliputi
perwakilan guru dari berbagai sekolah SMP di Kepahiang, mencakup guru-guru
dengan pengalaman mengajar yang bervariasi, mulai dari guru muda hingga guru
senior. MGMP ini secara rutin mengadakan pertemuan untuk membahas isu-isu
terkait kurikulum, metode pengajaran, dan peningkatan kualitas pendidikan
Bahasa Indonesia. Melalui kemitraan dengan MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten
Kepahiang, kami optimis dapat menjangkau sebagian besar guru Bahasa Indonesia
SMP di wilayah ini, memastikan bahwa pelatihan yang diberikan relevan dengan
kebutuhan lapangan, dan memfasilitasi keberlanjutan dampak program.
Pemanfaatan potensi cerita
rakyat sebagai bahan ajar di sekolah-sekolah, khususnya di Kabupaten Kepahiang,
belum sepenuhnya optimal. Observasi awal dan diskusi dengan Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Kepahiang menunjukkan
beberapa tantangan. Guru-guru dihadapkan pada keterbatasan waktu, minimnya
sumber daya bahan ajar yang inovatif, serta kurangnya pemahaman mendalam
tentang bagaimana mengintegrasikan cerita rakyat secara efektif ke dalam
kurikulum dan proses pembelajaran. Lebih lanjut, konsep Culturally
Responsive Teaching (CRT), sebuah pendekatan pedagogis yang menekankan
pentingnya mengakomodasi latar belakang budaya siswa dalam pembelajaran, masih
tergolong baru dan belum banyak diterapkan secara sistematis dalam pengembangan
bahan ajar. Padahal, penerapan CRT sangat relevan untuk konteks Kabupaten
Kepahiang yang kaya akan warisan budaya lokal, memastikan bahwa pembelajaran
Bahasa Indonesia tidak hanya menyentuh aspek kognitif, tetapi juga afektif dan
psikomotorik siswa dengan menghargai identitas budaya mereka.
Menyikapi kondisi tersebut,
MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Kepahiang telah mengidentifikasi kebutuhan
mendesak akan peningkatan kapasitas profesional guru-guru anggotanya dalam
mengembangkan bahan ajar cerita rakyat yang inovatif, relevan, dan terintegrasi
dengan prinsip-prinsip CRT. Kebutuhan ini muncul dari keinginan kuat MGMP untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia, sekaligus melestarikan dan
memperkenalkan nilai-nilai budaya lokal kepada siswa melalui media yang akrab
dengan mereka. Oleh karena itu, melalui program pengabdian masyarakat ini, kami
mengusung "PELATIHAN PEMBUATAN BAHAN AJAR CERITA RAKYAT BERBASIS
CULTURALLY RESPONSIVE TEACHING UNTUK GURU BAHASA INDONESIA SMP DI KABUPATEN
KEPAHIANG" sebagai upaya kolaboratif untuk menjawab kebutuhan mitra
dan berkontribusi nyata pada kemajuan pendidikan di wilayah ini.
Pelatihan ini diharapkan
dapat membekali guru dengan pengetahuan dan keterampilan praktis untuk
menciptakan bahan ajar yang tidak hanya memenuhi tuntutan kurikulum, tetapi
juga memberdayakan siswa dengan menghargai keberagaman latar belakang budaya
mereka.
Pengabdian
dilaksanakan berupa pelatihan kepada guru yang merupakan anggota MGMP Bahasa Indonesia
SMP Kabupaten Kepahiang berupa keterampilan pembuatan bahan ajar pembelajaran
bahasa dan budaya Masyarakat kabupaten Kepahiang yang kreatif dan inovatif
dengan menggunakan berbasis Culturally Responsive Teaching. Melalui kegiatan
ini, nantinya dapat membentuk tenaga guru yang multi skill di dalam bahasa dan
budaya kearifan lokal kabupaten Kepahiang. Selain itu, dengan adanya
keterampilan tersebut, masyarakat sasaran memiliki kesempatan menciptakan
proses pembelajaran yang lebih menarik dan efektif; dapat mengembangkan bahan
ajar pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk mendorong motivasi,
perkembangan kognisi, perkembangan interpersonal dan perkembangan aspek sosial
yang dimiliki.
Berhasil
tidaknya kegiatan pengabdian ini dilakukan, dapat dilihat dari antusias
peserta. Antusiasme dari peserta dapat dilihat dari evaluasi kegiatan terhadap
peserta. Evaluasi dilakukan dengan mengamati kinerja para peserta. Pada saat
berlangsungnya kegiatan, semua peserta mampu mengulangi atau mengikuti dari
materi yang disampaikan. Selain itu, berhasil atau tidaknya kegiatan ini
dilakukan yaitu adanya indikator. Indikator pencapaian yang ditetapkan adalah,
bahwa pengabdian dinyatakan berhasil apabila masing-masing peserta sudah
memiliki minimal satu model pembelajaran yang memuat materi pembelajaran dan
mampu memanfaatkan materi untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran di
kelas.
Pengembangan
bahan ajar pembelajaran yang berhasil dibuat oleh peserta, misalnya dapat
membuat variasi tema pertanyaan yang digunakan di dalam materi teks cerita
rakyat; dengan basis culturally responsive teaching bisa belajar angka dalam
bahasa Indonesia, bisa belajar nama-nama benda yang ada di bahan ajar Media
Pembelajaran Interaktif baik yang berhubungan dengan bahasa maupun budaya Masyarakat
kabupaten Kepahiang.
Berikut
adalah dokumentasi atau foto-foto dari pelaksanaan kegiatan pengabdian tersebut.
Gambar
diatas merupakan proses pemberian materi tentang bahan ajar berbasis culturally
responsive teaching, jenis – jenis ajar memirsa, dan materi teks cerita rakyat
yang menggunakan pendekatan CRT. Para peserta antusias mengikuti pemaparan
materi, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada pemateri oleh
peserta.
Kegiatan
ini membangun jaringan dan kolaborasi antar guru Bahasa Indonesia di Kabupaten
Kepahiang. Mereka saling berbagi ide, sumber daya, dan tantangan dalam
mengimplementasikan bahan ajar berbasis CRT, menciptakan komunitas praktisi
yang saling mendukung.
Kegiatan
ini mencakup materi terkait pembelajaran berbasis culturally responsive
teaching, agar guru dapat menyusun RPP dan bahan ajar yang mengintegrasikan
cerita rakyat lokal dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching.
Pada pelatihan ini peserta pun mempresentasikan hasil karya mereka dengan baik
dan menjelaskan relevansi bahan ajar tersebut terhadap konteks budaya siswa.
Kegiatan
ini pesert pun menggunakan media digital untuk membuat bahan ajar yang menarik.
Secara keseluruhan, kegiatan pengabdian ini berhasil memberdayakan guru Bahasa
Indonesia di Kabupaten Kepahiang dengan pengetahuan dan keterampilan praktis
untuk menciptakan pembelajaran yang lebih inklusif, relevan, dan bermakna bagi
siswa mereka.
a. Hasil
Langsung (Tangible Output)
Kegiatan
ini memberikan hasil secara langsung dan tidak langsung, yaitu ;
1. Media
Pembelajaran Interaktif (MPI) dan Bahan Ajar Digital: Peserta, yang terdiri
dari guru Bahasa Indonesia SMP di Kabupaten Kepahiang, membuat media
pembelajaran interaktif yang dibuat dengan aplikasi Canva yang berisi pembelajaran
berbasis Culturally Responsive Teaching (CRT), panduan praktis, dan
contoh-contoh pembuatan bahan ajar cerita rakyat. Selain itu, mereka juga
mendapatkan akses ke repository digital berisi bahan ajar cerita rakyat
dalam format e-book, video pembelajaran, dan lembar kerja siswa yang
telah dikembangkan selama pelatihan.
2. Bahan
Ajar Inovatif: Setiap peserta berhasil menyusun minimal satu bahan ajar cerita
rakyat yang terintegrasi dengan prinsip CRT. Bahan ajar ini mencakup:
o Cerita
Rakyat Lokal: Peserta menggunakan cerita rakyat yang relevan dengan budaya dan
sejarah Kepahiang, seperti legenda Bukit Kaba atau cerita-cerita lokal lainnya,
sebagai inti materi.
o Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP): RPP yang disusun berfokus pada pendekatan
pembelajaran yang mengakomodasi latar belakang budaya siswa.
o Media
Pembelajaran: Peserta membuat media pembelajaran yang kreatif, seperti komik
digital, storyboard, atau video pendek yang mengadaptasi cerita rakyat
lokal.
o Penilaian
Otentik: Peserta merancang instrumen penilaian yang relevan dengan konteks
budaya siswa, misalnya melalui tugas proyek yang melibatkan keluarga atau
komunitas.
b. Hasil
Tidak Langsung (Intangible Output)
1. Peningkatan Kompetensi Guru: Guru-guru yang
menjadi peserta mengalami peningkatan pemahaman dan keterampilan dalam:
o Konsep
Culturally Responsive Teaching: Mereka kini memahami pentingnya
menghubungkan materi pelajaran dengan identitas budaya siswa untuk meningkatkan
motivasi dan keterlibatan mereka di kelas.
o Pemanfaatan
Teknologi: Guru menjadi lebih mahir dalam menggunakan aplikasi dan perangkat
lunak untuk membuat bahan ajar digital yang menarik dan interaktif.
o Pengembangan
Bahan Ajar: Keterampilan guru dalam merancang bahan ajar yang inovatif,
kreatif, dan relevan dengan konteks lokal meningkat secara signifikan.
2. Penguatan Komunitas Guru: Kegiatan ini
membangun jaringan dan kolaborasi antar guru Bahasa Indonesia di Kabupaten
Kepahiang. Mereka saling berbagi ide, sumber daya, dan tantangan dalam
mengimplementasikan bahan ajar berbasis CRT, menciptakan komunitas praktisi
yang saling mendukung.
3. Dampak pada Pembelajaran Siswa: Meskipun
dampaknya tidak langsung terukur dalam waktu singkat, bahan ajar yang
dikembangkan oleh guru berpotensi besar untuk:
o Meningkatkan
Minat Belajar: Siswa akan merasa lebih terhubung dengan materi pelajaran karena
cerita yang diajarkan relevan dengan latar belakang budaya mereka.
o Membangun
Jati Diri Lokal: Pembelajaran cerita rakyat lokal membantu siswa menghargai dan
memahami warisan budaya mereka sendiri.
o Meningkatkan
Hasil Belajar: Siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep Bahasa Indonesia
karena materi disajikan dalam konteks yang familier dan bermakna.