DI YUDISIUM
Sementara aku
akan meninggalkanmu
Seekor burung
kecil memanah senja
Lukanya membentuk
garis pantai dan sebuah perahu bergerak-gerak
Menenangkan
kegelisahan riak
Satu kekasih
mengepal pasir berkata kepada sangsi
Dapatkah aku
merunduk menghirup seluruh aroma kekasihku
Sebelum menjadi
titik bayangan di lipatan kenangan
Dapatkah aku
telentang menelusuri pekat rambutnya
Sebelum
kemarau benar-benar bermukim di dusun
hati paling sunyi
Ombak menepi lesu
memaknai bisu
Satu kekasih berdiri menunggu keberangkatan berkata kepada
sangsi
Wajahmu
menggambarkan rahasia
Merajut sunyi
batu-batu
Semakin saat
sesat di halaman sendiri
Pertarungan
melahirkan bintang
Ujung perahu
kelelahan mati di mekar gelombang
Tombak waktu
membawa paling ke dasar tak dikenal
Ini dunia untuk para pemenang
Pengkhianatan
bersebelahan dengan ciuman
Aku berdiri di
terakhir merekatkan
Sobekan wajahmu
di keharuman bulan Februari
Kekasih bila
waktu memberi alamat pelabuhan
Dek perahu
terakhir pasti pilihan
Biar tertulis
rayuan dalam pagi rampung embun sebagai jamuan percintaan
Tapi seperti
tangismu
Dunia menyakiti dengan dendam paling rindu
Aku derit mesin
pada cerobong
Kau kehitaman
asap pembakaran
Di lambaian yang
mengkekalkan kesakitan
Akankah kau kenang
saat lewat ini
Hanya aku nyeri
menahan hentakan malam-malam
Akankah kau
mengenang sebutir aku
Detak kedua
jantung malam menyadarkan selalu
Antara dunia
lebih besar kehilangan
Sementara aku
akan meninggalkanmu
Seekor burung
memanah senja
Serombongan anak
perempuan berlarian memberi bunga
Sarjana tolong
rawat lukanya
Malang 2007
Ritma Candra
Ariesha, S.Pd