3.07.2008

Folklor Suku Rejang Bengkulu

Ekspresi kreatif merupakan tanggapan dari renungan seseorang terhadap kehidupan masyarakatnya. Maka, yang terekspresi bisa berfungsi sebagai hiburan, pencerahan, komentar atas situasi, rangkuman, karikatur, simbolisme, ekspresi tragis dengan mini kata pertunjukan. Semua bentuk ekspresi itu tidak memaksa orang lain untuk mendukungnya. Manusia dengan ruang batin kreatifnya mengolah imajinasi menjadi kreasi dalam proses penciptaan yang diungkapkan dalam pertunjukan, lagu, karya drama, serta wahana-wahana ekspresif lain. Latar belakang lagu daerah suku Rejang Bengkulu mayoritas tercipta karena adanya lagu Meringit. Meringit adalah semacam keluhan-keluhan seseorang saat dia mengalami kesulitan, permasalahan, cobaan, konflik, sampai pada kesenangan pun dilantunkan seperti layaknya sebuah lagu. Dalam khasanah budaya, orang mengekspresikan nilai budaya dengan berbagai cara, baik secara verbal maupun nonverbal. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan dilengkapi indera rasa yang dapat digunakan untuk merespon dunia luar. Dalam mengekspresikan budayanya, manusia memiliki kecenderungan untuk terus menerus meningkatkan proses kreatif yang dimilikinya, sebab dalam kenyataannya manusia tidak pernah merasa puas dengan keberadaannya sebagai suatu kondisi terminal. Perkembangan hasil karya seni selalu dipengaruhi oleh fenomena kehidupan masyarakat selaku pendukung kelangsungan suatu kesenian. Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari beberapa suku bangsa, tentunya memiliki latar belakang sosial-budaya yang beraneka ragam. Keanekaragaman masyarakat tersebut tercermin dalam berbagai aspek kehidupannya, termasuk di dalam hasil karya seninya. Salah satu wujud karya seni yang menjadi bagian kebudayaan, dikenal oleh masyarakat adalah kesenian lagu daerah. Lagu-lagu yang bersifat tradisional dan kolektif tersebut dianggap menggambarkan kepribadian komunitas atau masyarakat setempat. Proses penyebaran secara lisan senantiasa hanya mengandalkan cara-cara lisan tanpa tulisan. Penyebaran dari satu tempat ke tempat lain, dari satu generasi ke generasi lainnya dilakukan melalui komunikasi langsung, dari mulut ke mulut. Perkembangan lagu-lagu daerah ini semata-mata hanya mengandalkan daya ingat manusia pendukungnya Sepanjang sejarah peradaban manusia Masyarakat adat merupakan kelompok yang paling tidak beruntung dan rentan (Vulnerable Groups), menurut catatan PBB tahun 1992 jumlah masyarakat adat mencapai 300 juta lebih dari 70 negara di seluruh dunia, termasuk suku Rejang di Indonesia. Pengakuan dan perlindungan atas identitas, cara hidup, dan hak-hak ulayat sebagai Tottekes atas lahan-lahan tradisional dan sumber-sumber alam lainnya. Namun, masyarakat adat selalu berada dalam ketidakberdayaan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, hukum, maupun di bidang politik terletak pada posisi yang terancam terutama terhadap suku luar yang senantiasa tidak memberikan kesempatan untuk berkembang. Suku Rejang Propinsi Bengkulu memiliki citra kebudayaan daerah yang sangat tinggi. Banyak sekali kebudayaan suku Rejang yang dipakai dan disaring oleh suku bangsa lain. Misalkan, di pulau Bali masyarakat memakai tarian Rejang sebagai kebudayaan mereka yang sakral. Gerakan dan lagu juga menyaring dari kebudayaan suku Rejang propinsi Bengkulu. Di daerah Medan juga masih juga menyaring budaya dari suku Rejang. Suku Rejang yang terletak di propinsi Bengkulu memiliki lagu daerah yang isinya menceritakan dan mengisyaratkan cerita rakyat baik itu yang pernah terjadi (nyata) maupun hanya dongeng. Hal tersebut itulah, yang membuat lagu daerah suku Rejang menjadi sarat makna. Tiap lagu daerah yang diungkapkan dalam syair memiliki kaidah dan nilai-nilai estetik yang dalam. Namun, sangat disayangkan karena lagu daerah yang merupakan cerita rakyat di suku Rejang tersebut mulai menipis. Pengetahuan para leluhur suku Rejang yang kurang, membuat para generasi berikutnya jarang mengetahui keberadaan cerita rakyat maupun lagu daerah tersebut. Salah satu langkah agar tidak termasuk kelompok yang dinilai sebagai orang yang tidak ‘tidak tahu budaya Rejang’ adalah dengan memahami budaya sendiri, semacam pemahaman akan keberadaan lagu daerah sebagai salah satu bagian budaya suku Rejang Bengkulu. Lagu daerah juga sangat penting bagi generasi muda sebagai kader yang harus melestarikan budaya salah satu suku yang berkembang di propinsi Bengkulu, Sumatera Bagian Selatan, karena lagu daerah dapat digunakan sebagai sarana pendidikan, lagu daerah juga mengandung banyak nilai estetika sebagai salah satu keindahan kebudayaan Indonesia, karena dibalik lagu daerah tersebut, terdapat suatu cerita rakyat yang terbersit dalam proses penciptaan lagu daerah tersebut. Tidak hanya mengenal dari mendengar dan melihatnya secara kasat mata saja. Sesungguhnya seni ini sangat mengagumkan dan menakjubkan. Hanya orang yang kagum serta takjub saja merasakan pengalaman estetik yang menyenangkan itu. Folklor penduduk suku Rejang dapat dipergunakan untuk merekonstruksi nilai budaya atau pandangan hidup penduduknya. Objek-objek yang dapat dijadikan bahan analisis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui salah satu bentuk folklor dari suku bangsa atau kolektif bersangkutan. Hal itu disebabkan folklor mengungkapkan secara terselubung (seperti pada dongeng atau cerita rakyat), atau secara gamblang (seperti pada peribahasa). Suku Rejang yang terletak di propinsi Bengkulu memiliki lagu daerah yang isinya menceritakan dan mengisyaratkan cerita rakyat baik itu yang pernah terjadi (nyata) maupun hanya dongeng. Hal tersebut itulah, yang membuat lagu daerah suku Rejang menjadi sarat makna. Tiap lagu daerah yang diungkapkan dalam syair memiliki kaidah dan makna historis yang dalam. Namun, sangat disayangkan karena lagu daerah yang merupakan cerita rakyat di suku Rejang tersebut mulai menipis. Pengetahuan para leluhur suku Rejang yang kurang, membuat para generasi berikutnya jarang mengetahui keberadaan cerita rakyat maupun lagu daerah tersebut. Suku Rejang dibagi menjadi empat suku lagi dan satu suku tambahan, hal tersebut yang membuat tak teroganisirnya potensi budaya yang dimiliki. Setiap suku mengajukan bahwa suku merekalah yang terbaik. ”Cerito rakyat yo bik ndaleak may kutei Jang kuleu kiseak cerito yo tentang indok dik ade anak smulen baes genne lalan anakne cak mratau oak, lak mesoa jerkei dik lebeak baik, an anak yo coa belek-belek, belek debat lak dem nong indok ne dik bik tuei, indok ne indew lut magea anak ne suang, indokne coa dik spasoak igei. Seleyen anak ne o. Sapie ketiko lalan sakit paeak di akhirne matie, nak sadienen. Indok ne gik blemet anak ne belek, indew ne menea awak ne sapie sakit. Tiep bilei indok ne gik blemet anak ne belek, indew ne menea awak ne sapie sakit. Tiep bilei indok ne blemet lalan nak adep pondok sambea liseak sakit kerno indew ngen anak. Indokne trus belemet sambea sakit si mnyanyi lagu dik Minai lalan Belek. Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Kemak boloak si depeak, depeak nang au Kemak dawen si lipet duwei, lipet duwei Kunyeu depeloak etun, temegeak nang au Belek asen ite beduei, ite beduei Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Amen ku namen repie epet nang au Coa ku melapen eboak kedulo, eboak kedulo Amen ku namen idup yo peset nang au Coa ku lak tu’un mai dunio, tu’un mai dunio Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Amen ade seludang pinang nang au Jano guno ku upeak igei, ku upeak igei Amen ade bayang betunang nang au Jano guno bemadeak igei, bemadeak igei Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Bilei iyo temanem tebeu nang au Memen sebilei temanem seie, temanem seie Bilei iyo ite betemeu nang au Memn sebilei ite becei, ite becei Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Kunai lenyet, lalan tem ngoa lagu indokne, coa sapie atie kemleak indokne indew si. Si lajeu tu un mai dunio. Keten kunai das lenget, lalan tuun kunai lenget ngen dewi-dewi di alep-alep. Indok ne yo ano te kejir kemleak lalan anak ne jijei dewi, hinggo si bepeker lalan bik matie sudoo jijei dewi. ...Cerita rakyat ini telah mendarah daging pada keturunan masyarakat suku Rejang Bengkulu. Cerita ini berkisah tentang seorang ibu yang memiliki anak gadis yang sangat cantik bernama Lalan. Sang anak menginginkan dirinya merantau ke suatu tempat yang jauh, hendak mendapatkan nasib yang lebih baik. Lama sekali sang anak tidak pulang-pulang untuk sekedar menjenguk ibunya yang sudah tua. Ibunya merasa sangat merindukan anak satu-satunya itu. Sang ibu tidak memiliki sanak lagi selain anaknya si Lalan itu. Di suatu tempat, nampak si Lalan belum sampai mendapatkan nasib baik. Dia menjadi seorang pelayan di sebuah ladang milik saudagar cina. Baru bekerja beberapa hari, si Lalan tidak mendapatkan perlakuan yang baik dari majikannya. Saudagar cina tersebut sering membuat Lalan mendapatkan luka-luka di badan karena perlakuan kasarnya. Sampai pada suatu saat Lalan menderita sakit dan akhirnya dia mati. Di kejauhan, tepatnya di kampung halamannya, sang ibu masih menantikan kedatangan anak gadis satu-satunya itu. Betapa kerinduan sang ibu sampai dia merintih kesakitan. Tiap hari sang ibu menantikan kedatangan Lalan di depan gubuknya, tapi Lalan tak kunjung datang menjenguk juga. Suatu pagi yang tiada cerah-cerahnya bagi sang ibu, seperti biasanya dia tetap menanti Lalan di depan gubuknya sambil merintih menahan sakit karena kerinduan kepada anaknya. Sang ibu terus saja menunggu dan dia merintih menyanyikan suatu lagu yang menginginkan Lalan pulang. Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Ambil bambu sebelah-sebelah Ambil daun dilipat dua, lipat dua Biar sepuluh orang melarang Kembali rasa kita berdua Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Kalau kutahu buah Pare pahit Tidak kumasak buah kedula Kalau kutahu hidup ini sengsara Tidak kumau turun ke dunia Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Kalau ada pelepah pinang Apa guna ku upah lagi Kalau ada bayangan hendak bertunangan Apa guna berkata-kata lagi Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang Hari ini menanam tebu Besok lusa menanam serai Hari ini kita bertemu Besok lusa kita bercerai Dari kahyangan, Lalan mendengar rintihan lagu ibunya. Tidak sampai hati melihat sang ibu terundung kerinduan pada dirinya, dia segera turun ke bumi. Tampak dari atas langit, si Lalan turun dari kahyangan bersama dewi-dewi yang cantik-cantik. Sang ibu sangat kaget karena melihat Lalan anaknya menjadi seorang dewi, sehingga dia berpikir bahwa Lalan telah mati dan menjadi seorang dewi. Dengan melihat si Lalan, kerinduan sang ibu telah terobati. Sang ibu tersungkur di depan gubuknya. Kemudian dia mati dengan tersenyum tapi meneteskan air matanya. Konon, air mata sang ibu terus saja mengalir di depan gubuknya sampai menggenang dan menjadi sungai. Yang sekarang menjadi sungai Putih. Sampai sekarang oleh masyarakat suku Rejang, sungai Putih dianggap keramat. Masyarakat suku Rejang percaya bahwa Lalan yang telah menjadi dewi tersebut masih sering turun ke sungai Putih untuk mandi di air mata ibunya itu.” Sampai saat ini, lagu Lalan Belek tetap dilantunkan oleh masyarakat suku Rejang Bengkulu. Sering, nenek-nenek atau para orang tua menceritakan legenda Lalan belek sambil melantunkan lagu kepada para cucu atau anaknya. Sehingga lagu ini pun menjadi lagu yang diwariskan secara turun temurun tapi tanpa diketahui siapa yang menciptakan lagu tersebut. ” aleu nien lageu kutei jang kuleu di nlatarbelakangi mage crito rakyat ngen jijei saleak do warisan tuun temuun kunai legenda de penan. Crito rakyat tentang dikuptun terneak benea-benea tejijei.. banyak sekali lagu daerah suku Rejang Bengkulu yang dilatarbelakangi oleh cerita rakyat dan menjadi salah satu warisan para leluhur. Dari legenda suatu tempat, cerita rakyat tentang seseorang yang dianggap pernah benar-benar terjadi...” ” Deu versi di muncul kunai tiep lageu kutei jang. Karno coa dik sine tek tertulis tentang lageu daerah kutei jang dik tercipto kunai cerito rakyat kutei jang dewek...banyak versi yang muncul dari setiap lagu suku rejang, karena tidak adanya teks tertulis tentang lagu daerah suku Rejang yang tercipta dari cerita rakyat suku Rejang sendiri” warga suku Rejang mengungkapkan bahwa dalam sejarah suku Rejang, konon ada dewi atau biasa disebut seorang bidadari bernama Lalan yang selalu mandi di sungai Putih. Sehingga terkait dengan lagu dan jalan cerita yang melatar belakangi terciptanya lagu Lalan belek. Legenda sungai Putih dikaitkan dengan latar belakang lagu Lalan Belek, karena sungai Putih yang berlokasi di dusun Curup airnya putih dan bening, sebening air mata sang ibu Lalan. ” Kepercayoan tun kutei jang bahwa memain ade dikup bidadari genne lalan di galak keten mai mendei nak bioa puteak kerno si indew ngen indokne ...kepercayaan warga suku Rejang bahwa memang ada seorang bidadari bernama Lalan yang sering datang untuk mandi di sungai Putih karena dia merindukan ibunya...” Isi dalam lagu Lalan Belek memiliki banyak ungkapan-ungkapan yang sarat makna. Dan oleh para leluhur atau orang tua suku rejang dipakai sebagai petuah atau nasehat kepada anak cucunya. ” Legenda mengenai bioa puteak jijei saleak do latarblakang adene lageu lalan belek. Kepecayoan tun kutei jang tentang legenda bioa puteak di cenrito kunai latarbelakang terciptane lageu menea tun manggep legenda o benea-benea te jijei ...legenda mengenai sungai Putih menjadi salah satu latar belakang terciptanya lagu Lalan Belek atau Lalan Pulang. Kepercayaan masyarakat Rejang tentang legenda sungai Putih yang diceritakan dari latar belakang terciptanya lagu tersebut membuat masyarakat menganggap legenda tersebut benar-benar terjadi...”

Tidak ada komentar:

PELIMA CERIA KUJANG

Di kelas, saya menghadapi peserta didik kelas tujuh yang tidak semangat dalam pembelajaran materi menulis dan menceritakan kembali cerita. K...