3.08.2019

PEMENTASAN TEATER LORONG PEMUDA DUA MASA OLEH TEATER RUANG RUPA METAMORFOSA

NASKAH
Lorong Pemuda Dua Masa
Oleh : Iteng Rasja



Kemanakah pemudaku kini?
Pemuda adalah titik kejayaan akan sebuah perjuangan. Pada masa yang terendah dulu, pemuda justru ambisi yang berhasil menakuti musuh yang menantang, mereka berlari tak tenang dan bahkan penuh keterpurukan serta tak diam untuk mempersiapkan masa depan sebuah zaman terang. Namun masa kini, dimanakah pemuda? Apakah perjuangan pemuda dulu sudah tak lantas kau hiraukan? kau terus perjuangkan? Bukankah kau telah bersumpah pada asas dirimu sendiri? Wahai pemuda, ingatlah nanti akan masa lalu pada saat ini!

Adegan 1 :
Sebuah titik lebih tinggi tepat ditengah panggung, dengan dua lembar kain hitam panjang menyilang diatasnya. Empat pemuda gambaran dari masa ke masa menarikan tarian perjuangan di sisi-sisi lapang mengikuti alunan musik.

Perlahan, muncul seseorang dari balik kain hitam menyilang. Menyibak dari balik kain itu. Dengan ekspresi kesedihan, melontarkan kalimat-kalimat rindu!

Kemanakah pemudaku kini?
Ia ada tapi tidak terasa
Dimanakah pemudaku kini?
Ia ada tapi tidak nyata

Adakah kau ingat dengan sumpah yang kami buat?
Adakah kau tahu makna didalamnya?
Adakah kau ingat dengan isinya?

Hai... para pemuda!
Kemanakah bahasa mu?
Dimanakah bahasa yang ingin kau pelajari?
Apakah kau telah lupa perjuangan kami untuk mendapatkannya?

Kau lantang membacakannya!
Tapi kau lupa setelah itu
\kau seolah seperti orang kehilangan arah
Padahal aku telah menuntunmu

Wahai... pemuda!
Ingatlah kelak akan generasi penerusmu
Mereka akan bertanya
Dimanakah bahasa kakek nenek moyangku
Yang entah kau mampu jelaskan atau tidak
Sosok itu lantas pergi perlahan meningglakan titik tinggi disusul empat penari pejuang yang juga ikut keluar meninggalkan panggung.


Adegan 2:
Lorong 1 (lorong masa lalu)
Pemuda-pemuda dengan wajah lusuh, berjalan tertatih-tatih dengan sambil membawa bambu runcing dan sehelai bendera merah putih. Disisi lain, pemuda-pemuda kesakitan mempertahankan desakan-desakan lawan dengan sisa kekuatan.
Kata-kata lantang keluar dari mulut mereka

Merdeka! Merdeka! Merdeka! Indonesiaku merdeka!”

Perjuangan pemuda ingin meletakan sang bendera pusaka dititik tertinggi masih harus terseok-seok dengan perjuangan yang tak mudah menghadapi lawan yang juga tak tinggal diam.

(pemain meninggalkan panggung)

Adegan 3:
Seorang pemuda dengan padanan kostum yang rapih berjalan pasti menuju level, titik tertinggi. Sambil membawa sebuah naskah, ia berdiri tegap di atasnya, ia pun membaca naskah tersebut!

Sumpah Pemuda!

Kami putra dan putri Indonesia
Mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia

Kami putra dan putri Indonesia
Mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia

Kami putra dan putri Indonesia
Menjunjung tinggi bahasa persatuan
Bahasa Indonesia

Adegan 4 :
Lorong 2 (lorong masa kini)
Pemuda-pemuda dengan tampilan masa kini memasuki panggung dengan aktifitas mereka masing-masing. Sementara pemuda dilevel utama seakan-akan kesakitan. Mulutnya ingin berteriak namun seolah ada batas antara dia dan pemuda disekelilingnya. Pemuda itu, serasa ingin menyampaikan pesan. Mengikuti iringan musik, wajahnya tak juga tenang. Seakan-akan takut bahwa perjuangan benar-benar akan berakhir.
namun tiba-tiba suara lantang terdengar!

Perjuangan belum usai wahai Pemuda!

Mengiringi teriakan semua pemuda masa kini jatuh tersungkur ketanah. Sementara pemuda di titik tinggi perlahan meninggalkan panggung

Adegan 5 :
Empat pemuda lorong masa lalu, kembali masuk sambil tertatih-tatih melewati pemuda-pemuda masa kini yang sudah terkapar di atas panggung. Dengan tergopoh-gopoh seakan kesakitan mereka seolah-olah berlomba dan berusaha untuk meraih titik tertinggi. Berusaha untuk menancapkan bendera Merah Putih di titik itu....
Dengan penuh perjuangan, akhirnya pemuda-pemuda itu berhasil meletakan sang Bendera di tempat tertinggi. Mereka berseru!

kami pemuda Indonesia ingin kau terus bersumpah bahwa kita akan terus merdeka!!



***** selesai *****



Tidak ada komentar:

PELIMA CERIA KUJANG

Di kelas, saya menghadapi peserta didik kelas tujuh yang tidak semangat dalam pembelajaran materi menulis dan menceritakan kembali cerita. K...