Seni tari memiliki sejarah yang panjang di Indonesia. Mulai
era sebelum adanya kerajaan hingga setelah Indonesia merdeka. Sebelum era
kerajaan, tari dipercaya sebagai memiliki daya magis dan sakral, seperti tari
hujan. Tari kemudian berkembang era Hindu Budha. Pada era itu, tari memiliki
standardisasi dan patokan.Tak berhenti di situ, seni tari terus berkembang era
penyebaran Islam hingga berdirinya kerajaan Islam di Nusantara. Tari jadi salah
satu identitas kerajaan.
Berlanjut pada era penjajahan. Pada masa penjajahan, seni tari diperagakan pada acara-acara penting kerajaan. Saat itu, gerak tari terinspirasi dari perjuangan rakyat, seperti tari piring. Usai Indonesia merdeka, tari terus berkembang sehingga tarian dilakukan dalam berbagai acara, seperti acara adat dan keagamaan. Sejumlah anak muda juga banyak yang mempelajari tari hingga saat ini.
Seperti halnya, tari-tarian di suku Rejang di Kabupaten
Kepahiang Provinsi Bengkulu. Setiap suku menyimpan banyak sekali kekayaan
tari-tarian. Akan tetapi, tidak disangkakan, Suku Rejang ini memiliki salah
satu kekayaan tari Piring, yang biasa kita hanya mengenal di Sumatera Barat
atau tari Piring Minang Kabau.
Dilansir dari Tari-tarian Tradisional Nusantara karya
Indrawati, Tari Piring dipercaya telah ada di Kepulauan Melayu lebih dari 800
tahun yang lalu. Tarian ini telah muncul di Sumatera Barat dan berkembang
hingga ke zaman Sriwijaya. Keberhasilan Majapahit dalam menaklukkan Sriwijaya
membuat tari ini berkembang hingga ke negeri-negeri Melayu. Orang-orang
Sriwijaya yang melarikan diri ke berbagai tempat membuat tarian ini akhirnya
menyebar ke sejumlah wilayah lain.
Dari perjalanan sejarah itulah, tari Piring juga tersebar ke
wilayah suku-suku lain di Provinsi Bengkulu. Tari piring suku Rejang ini,
menurut narasumber Nenek Sofia yang telah berumur hampir 90 tahun usianya.
Beliau berkata bahwa ialah yang menjadi generasi trakhir dari Suku Rejang di
Desa Limbur Lama Kabupaten Kepahiang. Beliau mengatakan bahwa tarian ini dahulunya
ditanggap pada sebuah acara-acara kerajaan. Dan sebelum melakukan tarian
tersebut, harusnya penari di arak keliling desa dan melakukan sebuah ritual
terlebih dahulu.
Nenek Sofia ini mengaku bahwa hal-hal yang berbau seni
tradisional suku Rejang Bengkulu telah mendarah daging ke keluarganya. Beliau
pun bisa memainkan musik Gital Tunggal suku Rejang yang disebut Rejung. Saat
kami datangi, beliau pun langsung memainkan gitar yang kami bawa dengan
memainkan lagu Rejung.