11.29.2022

JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 2.2


Berikut ini beberapa kegiatan Pendidikan Calon Guru Penggerak (20-26 November 2022) - 
Merdeka (Dimulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi, aksi nyata - Kegiatan Pendidikan Calon Guru Penggerak pada modul 2.1 telah selesai. Pada minggu ini, CGP mulai dengan materi baru pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional. Sistem pembelajaran masih sama menggunakan LMS dengan alur belajar merdeka.


Model Refleksi - Pada refleksi kali ini, saya menggunakan model refleksi "What" yang diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis (Driscoll & Teh, 2001) - WHAT - (Deskripsi dari peristiwa yang terjadi)

Apa yang terjadi?
Apa yang saya dengar, lihat dan saya alami?
apa reaksi saya pada saat itu?

SO WHAT-(Analisis dari peristiwa yang terjadi)
BAgaimana perasaan saya?
Apa hal yang berubah dari pendapat, pemikiran atau apapun yang diyakini sebelumnya?

NOW WHAT-(Tindak Lanjut dari peristiwa yang terjadi)
Dukungan apa yang dibutuhkan untuk menindaklanjuti refleksi saya?
Bagaimana yang saya kerjakan dahulu?
Hal baru apa yang ingin saya bagikan?

What (Deskripsi dari Peristiwa yang terjadi) - 

Pada tanggal 20 November 2022, proses Pendidikan Calon Guru Penggerak sudah memasuki modul 2.2. Pembelajaran Sosial dan Emosional. 
Alur pembelajaran yang kami lakukan menggunakan LMS baik secara sinkronus maupun asinkronus. Kami mempelajari modul yang membahas mengenai konsep dasar pembelajaran sosial dan emosional yang dapat diterapkan guru pada anak didiknya, dengan tujuan memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri) menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri) merasakan  dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial) dan membuat keputusan yang bertanggungjawab. Awal mempelajari modul ini, saya merasa aneh, mengapa sebagai seorang guru yang bertugas  mendampingi proses belajar akademik siswa, harus belajar mengenai ilmu psikologi yang berkaitan dengan kompetensi sosial emosional.

Kemudian secara perlahan saya mengikuti alur pembelajaran yang dimulai dengan Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep. Saya mulai memahami pentingnya memiliki kompetensi Sosial Emosional bagi guru maupun murid. Kemudian ke aur berikutnya bertemu dengan Ruang Kolaborasi. Kami berdiskusi dengan fasilitator hebat dan teman-teman CGP mengenai proses implementasi KSE di sekolah. Kegiatan pendidikan CGP dilanjutkan pada alur Demonstrasi Kontekstual dimana kami ditugaskan untuk merancang perangkat pembelajaran yang mengintegrasikan minimal 2 KSE. 

Selanjutnya, Elaborasi pemahaman. Pada tahap ini, konsep dasar pemahaman kami adalah mengaitkan materi PSE dengan materi yang ada pada modul sebelumnya.

PSE yang telah kami rancang pada alur Demonstrasi Kontekstual kemudian kami lakukan pada proses Aksi Nyata untuk dapat mewujudkan sikap well Being pada peserta didik.

SO WHAT 
(Analisis dari Peristiwa yang terjadi)

Bagaimana Perasaan Saya - 
Setelah melewati alur belajar MERDEKA mengenai PSE, saya merasa bahagia dan bersyukur. Bahagia karena dapat belajar ilmu baru, dan bersyukur karena ilmu yang saya dapatkan bermanfaat bagi diri saya sendiri dan orang lain di sekitar saya, baik murid maupun rekan guru di sekolah.

Apa Pemikiran& Pendapat yang berubah dari Saya
Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa sosial dan emosional merupakan kebiasaan, karakter, maupun perilaku seseorang yang dapat muncul secara reflek dalam menanggapi sebuah permasalahan yang dihadapinya. Saya juga berfikir pembelajaran sosial emosional tidak dapat diajarkan oleh semua guru karena hal tersebut berkaitan dengan disiplin ilmu lain, yaitu psikologi kepribadian. Setelah mempelajari modul ini, ternyata pembelajaran sosial dan emosional dapat dilaksanakan oleh semua melalui pembelajaran eksplisit, pembelajaran yang terintegrasi dalam praktik mengajar, dan kurikulum akademik, serta penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah.

Now What
(Tindak lanjut dari peristiwa yang terjadi) - 

Dukungan apa yang dibutuhkan untuk menindak lanjuti refleksi saya?
Sebagai bentuk implementasi KSE di sekolah, saya memerlukan kerjasama dan kolaborasi dari warga sekolah. KSE dapat terwujud apabila iklim dan budaya sekolah secara konsisten dan kontinue melaksanakannya. 
Dukungan dan peran dari orang tua juga sangat penting, mengingat KSE dapat tumbuh melalui kolaborasi dari semua pihak terkait

bagaimana yang saya kerjakan dahulu?
Saya akan memulainya dari diri saya. Dengan menjadi pribadi yang well Being, saya akan terus berusaha menciptakan iklim dan budaya sekolah yang baik pula. PSE akan saya laksanakan secara konsisten, sehingga dapat menjadi inspirasi bagi warga sekolah yang lain untuk terus dapat belajar dan bertumbuh menjadi pribadi yang memiliki KSE positif

hal baru apa yang saya ingin dibagikan?
Bagi murid, saya akan mulai menumbuhkan kompetensi sosial dan emosional mereka dengan mulai merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat menciptakan kesadaran penuh.
Bagi rekan sejawat, saya akan membagikan beberapa hal untuk menguatkan KSE









11.25.2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2




Pertanyaan Pemantik 1 : 
Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran?


Pengertian Pembelajaran Sosial Emosional :  

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah yang memungkinkan anak memperoleh dan menerapkan pengetahuan keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional

Tujuan Pembelajaran Sosial Emosional : 

Memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri) menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri) merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial) dan membuat keputusan yang bertanggungjawab












Pertanyaan pemantik 2 :
Apa Kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya?



Kaitan pembelajaran Sosial Emosional dengan filosofi Ki Hajar Dewantara : 

Melalui pembelajaran sosial emosional guru dapat menciptakan well being dalam ekosistem pendidikan di sekolah, sehingga tercipta kondisi nyaman, sehat, dan bahagia bagi murid. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yakni menuntun kodrat anak agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya sehingga anak menemukan kemerdekaan dalam proses belajarnya



Kaitan pembelajaran Sosial Emosional dengan Nilai Guru Penggerak : 

Guru Penggerak memiliki nilai-nilai (berpihak pada murid, REflektif, Inovatif, Kolaboratif dan Mandiri), untuk dapat mewujudkan Pembelajaran sosial Emosional melalui perannya yaitu sebagai Mewujudkan Kepemimpinan pada murid. Melalui nilai dan perannya tersebut, guru dapat menciptakan well being dalam ekosistem pendidikan di sekolah sehingga tercipta kondisi nyaman, sehat dan bahagia pada murid.



Kaitan pembelajaran Sosial Emosional dengan Visi Guru Penggerak : 

Melalui Pembelajaran Sosial Emosional yang mengintegrasikan kelima kompetensi Sosial - Emosional, guru dapat mewujudkan visi dapat membentuk karakter murid yang beriman, merdeka, berekspresi, bahagia, kreatif, mandiri dan menjadi pembelajar sejati, sehingga terwujud profil pelajar pancasila.



Kaitan pembelajaran Sosial Emosional dengan Budaya Positif : 

Melalui Pembelajaran Sosial Emosional yang mengintegrasikan kelima kompetensi Sosial-Emosional, guru dapat mengenali dan memahami emosi masing-masing yang sedang dirahasiakan, sehingga mampu mengontrol diri dan dapat menerapkan disiplin positif secara baik sesuai dengan kesadaran diri (self awarness).


Kaitan pembelajaran Sosial Emosional dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

Melalui Pembelajaran Sosial Emosional guru dapat melakukan pembelajaran dengan menggunakan beberapa teknik antara lain :
1. Identifikasi perasaan
2. Identifikasi emosi
3. menuliskan ucapan terimakasih
4. bermain peran dan lain-lain
Sehingga guru mampu menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas sesuai dengan kebutuhan belajar murid guna mewujudkan merdeka belajar




DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 2.2

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 2.2
Pembelajaran Sosial dan Emosional disertai dengan RPP yang Terintegrasi


Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas mengenai Pembelajaran Sosial dan Emosional disertai dengan RPP yang terintegrasi pada materi Cerita Fantasi pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII semester 1.

MengapaKSE/PSE ini sangat urgen pada dunia pendidikan kita?
Yuk kita bahas bersama-samapemikiran Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidik adalah penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. 


Kesadaran akan proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh kembang murid secara holistik sudah menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran iniberawal dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman sebagai konsep Pembelajaran Sosial Emosional (PSE). PSE ini bertujuan untuk mendorongperkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi.


Urgensi PSE adalah peningkatan kompetensi Sosial dan Emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah.


Tujuan pembelajaran Sosial Emosional pun terungkap pada 5 poin, yakni :
1. Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran Diri)
2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (Pengelolaan Diri)
3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang (Kesadaran Diri)
4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
5. Membuat keputusan yang bertanggungjawab (pengambil keputusan yang bertanggungjawab)


Ruang lingkup Kompetensi Sosial Emosional (KSE) dapat dilihat pada gambar di atas. 







11.23.2022

FESTIVAL BUDAYA KABUPATEN KEPAHIANG "UMBUNG KUTEI" TUAI DECAK KAGUM MASYARAKAT


    

Umbung adalah Berkumpulnya orang-orang dan saling bantu serta dalam suasana kegembiraan untuk mewujudkan sebuah hajatan besar atau pesta. Kutei berarti yang pada dasarnya memiliki makna sebuah dusun induk atau pusat marga yang menjadi simpul dusun-dusun dengan orang-orangnya yang memiliki pertalian darah. Di Kepahiang ada dua kutei, yakni Kutei orang-orang bermarga Merigi dan Kutei orang-orang bermarga Bermani Ilir. 

Sehingga, Umbung Kutei memiliki makna Berkumpulnya segenap orang-orang Marga Merigi dan Marga Bermani Ilir atas dasar pertalian kehendak, cita-cita yang sama dan semangat gotong royong untuk mewujudkan sebuah hajatan budaya yang penuh dengan kegembiraan dan akan selalu dikenang.
    

NJAMEU KUTEI adalah perjamuan kutei sebgai perjamuan besar dan lengkap yang dihadiri segenap pemimpin kutei dan masyarakat. 



PENEI
Dasar penei adalah sebuah bingkai bambu sebagai wadah atau tempat mengikat alat-alat upacara. Penoi dibuat saat bekejei, hari panen atau menyambut tamu agung.


Penei adalah: Lambang kutei atau petulai, sebagai pernyataan kesatuan manusia Rejang dengan alam. Penoi diwujudkan dalam bentuk karangan-bunga besar yang berisi rangkaian hasil-hasil ladang, peralatan kerja, peralatan rumah tangga dan senjata. Benda terpenting di penoi adalah:

1. Padi dengan tangkainya

2. Jawet dengan tangkainya

3. Sirih dengan tangkainya

4. Tebu hitam dengan daunnya

5. Kelapa dengan tandannya

6. Peralatan rumah tangga

7. Alat pemotong dan penetak (rudus)

8. Alat pemotong dan penyerut (sewar)

9. Dua batang tombak

10. Payung



    Upacara Kejei merupakan salah satu upacara terbesar masyarakat Rejang, yang diwarnai dengan pemotongan kerbau, kambing, dan sapi. Upaca Kejei sendiri merupakan acara adat yang diselenggarakan cukup lama, mulai dari 3 hari, 15 hari, 3 bulang, hingga 9 bulan. Dengan demikian, Tari Kejei dianggap sakral dan diyakini mengandung nilai dan makna tersendiri bagi masyarakat Suku Rejang. Tari Kejei diyakini sudah ada sejak sebelum era Kerajaan Majapahit. Konon tarian ini pertama kali dipentaskan dalam pernikahan Putri Senggang dan Biku Bermano. Namun dari keterangan sejarah, Tari Kejei pertama kali dilaporkan oleh seorang pedagang Pasee bernama Hassanuddin al-Pasee. Al-Pasee pernah berniaga ke wilayah Bengkulu sekitar tahun 1468 dan menyaksikan pementasan tarian ini.

    Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Kepahiang, Nining Fawely Pasju, S.Pt.MM mengapresiasi pelaksanaan kegiatan ini yang disambut baik oleh masyarakat.
“Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak atas support dan partisipasinya dalam gelaran Festival Budaya ini. Terutama kepada masyarakat atas sambutannya yang sangat antusias untuk memeriahkan Festival Budaya ini”.
    Menurutnya, itu terbukti dari jumlah masyarakat yang menonton rangkaian kegiatan Festival Budaya. “Saya lihat penontonnya ramai sekali. Mudah-mudahan ini menunjukkan kecintaan kita kepada budaya kita sendiri,” ujarnya. Dalam Festival Budaya ini tak hanya menampilkan pagelaran seni dan musik serta acara budaya lainnya, namun juga melibatkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Kuliner Tradisional.







 
    “Kegiatan ini tentunya secara langsung memberikan dampak kepada kelestarian budaya kita dan juga perputaran ekonomi masyarakat. Di mana UMKM yang diberi ruang dengan baik dapat berkembang melalui event-event yang digelar pihak pemerintah maupun swasta,” tambahnya.
    Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pun berharap kegiatan seperti ini dapat rutin dilakukan setahun sekali. Festival Budaya ini, diramaikan pula dengan Pagelaran Seni Daerah, Pagelaran Musik , dan pagelaran Tari Kreasi Daerah dari tingkat SD, SMP, SMA maupun pagelaran seni dari sanggar-sanggar yang ada di kabupaten Kepahiang. (RCA)


11.22.2022

RUANG KOLABORASI MODUL 2.2

Ide Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk Murid


Tabel 3.1  Ide Implementasi Pembelajaran  Sosial dan Emosional untuk Murid



Ide Penguatan Kompetensi Sosial dan Emosional untuk Rekan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK)  di Sekolah














PELIMA CERIA KUJANG

Di kelas, saya menghadapi peserta didik kelas tujuh yang tidak semangat dalam pembelajaran materi menulis dan menceritakan kembali cerita. K...