Tampilkan postingan dengan label guru penggerak modul 1.2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label guru penggerak modul 1.2. Tampilkan semua postingan

11.22.2022

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 2.1





CONNECTION

Pada modul 2.1 ini, saya mempelajari bagaimana memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi, dimana materi ini sangat erat kaitannya dengan peran saya sebagai calon guru penggerak.

Melalui modul ini, saya dikenalkan tentang bagaimana menganalisis dan memetakan kebutuhan belajar murid. Saya juga diperkenalkan tentang strategi - strategi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan belajar murid sesuai dengan keunikannya masing-masing.

Hal ini sangat membantu saya sebagai seorang CGP,

dimana salah satu peran guru penggerak adalah sebagai pemimpin pembelajaran yang senantiasa mengarahkan ekosistem pembelajaran yang berpusat padda murid


















10.19.2022

DEMONSTRASI KONSTEKSTUAL MODUL 1.4 "BUDAYA POSITIF PRAKTIK SEGITIGA RESTITUSI"

BUDAYA POSITIF 
PRAKTIK SEGITIGA RESTITUSI
KASUS PERUDUNDUNGAN
DI KELAS VIIB SMP NEGERI 1 KEPAHIANG




Dalam kesepakatan belajar di awal pembelajaran kelas 7B telah sepakat dan meyakini salah satunya bahwa saat pembelajaran berlangsung, "SISWA SALING MENGHARGAI KEBUTUHAN BELAJAR DAN SALING MENGHORMATI"




Sehingga, adanya perundungan pada sesama teman saat pembelajaran merupakan kegiatan indisipliner karena dianggap mengganggu siswa lain di saat proses belajar mengajar. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan penyelesaian masalah menggunakan segitiga Restitusi. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan penyelesaian masalah segituga Restitusi.

KASUS :







































10.09.2022

JURNAL REFLEKSI MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

Model 2: Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL) Model ini dikembangkan oleh Ash dan Clayton (2009). Untuk membuat refleksi model ini, tulislah penjabaran dari pertanyaan panduan berikut: - Description: Deskripsikan pengalaman yang dialami dengan menceritakan unsur 5W1H (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana); - Examination: Analisis pengalaman tersebut dengan membandingkannya terhadap tujuan/rencana yang telah dibuat sebelumnya; - Articulation of Learning: Jelaskan hal yang dipelajari dan rencana untuk perbaikan di masa mendatang. 



Model Six Thinking Hats diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985. Model ini melatih kita melihat satu topik dari berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi. Setiap topi mewakili cara berpikir yang berbeda; beberapa di antaranya terkadang mendominasi cara kita berpikir. Karena itu, dengan semakin sering melatih keenam “topi”, kita akan dapat mengambil refleksi yang lebih mendalam. Keenam topi tersebut berikut penggunaannya dalam jurnal refleksi adalah: 

1) Topi putih: tuliskan informasi sebanyak-banyaknya terkait pengalaman yang terjadi. Informasi ini harus berupa fakta; bukan opini.
2) Topi merah: gambarkan perasaan Anda terkait dengan topik yang sedang dibahas, misalnya perasaan saat mempelajari materi baru atau saat menjalankan diskusi kelompok. 
3) Topi kuning: tuliskan hal-hal positif yang terkait dengan topik tersebut. 
4) Topi hitam: tuliskan kendala, hambatan, atau risiko dari tindakan/peristiwa yang sedang dibahas. 
5) Topi hijau: jabarkan ide-ide yang muncul setelah mengalami peristiwa tersebut. 
6) Topi biru: tarik kesimpulan dari peristiwa yang terjadi, atau ambil keputusan setelah mempertimbangkan kelima sudut pandang lainnya. Bandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.


1. Fact

Informasi yang diperoleh dari modul 1.3 adalah modul ini membahas tentang Visi Guru Penggerak Setiap Guru harus memiliki sebuah visi yang harus dicapai untuk melakukan suatu perubahan. Visi dapat diwujudkan melalui pendekatan inquiri Apresiatif (IA) tahapan BAGJA. IA adalah pendekatan manajemen perubahan kolaboratif berbasis kekuatan. sedangkan BAGJA adalah singkatan dari Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur Eksekusi.


2. Feelings

Modul 1.3 mengajarkan kita tentang banyak hal, selain ilmu yang bermanfaat kepada kita untuk saling berbagi ilmu. Juga berbagi motivasi sesama rekan Calon Guru Penggerak. Saya pun merasa sangat bangga dan bahagia akan hal itu.


3. Creativity

Saya akan mengajak rekan-rekan guru yang ada di sekolah untuk berkolaborasi untu melakukan perubahan, dengan tidakberfokus pada permasalaham namun mengidentifikasi kekuatan apa yang telah dimiliki. Saya akan melakukan sosialisasi mengenalkan pendekatan IA dengan tahapan BAGJA. Selain itu, saya akan mengadakan pengimbasan tentang cara membuat media pembelajaran dengan menggunakan aplikasi berbasis android.

4. Benefits

Hal positif yang saya dapatkan setelah mempelajari modul ini adalah saya dapat mengetahui bahwa untuk melakukan perubahan yang positif tidak harus bermula dengan mengidentifikasi permasalahan yang ada. Namun, kita fokuskan pada kekuatan apa yang telah kita miliki sehingga pemikiran kita diarahkan ke arah yang positif.

5. Cautions

Adapun tantangan yang saya alami adalah mengajak rekan guru untuk berkolaborasi, karena setiap orang memiliki karakter yang berbeda sehingga ketika mengajak rekan guru untuk melakukan suatu perubahan di sekolah, saya harus memahami betul karakter masing-masing guru. Begitupun dengan murid. Untuk melakukan perubahan pembelajaran di kelas maka saya harus memahami karakter murid yang saya hadapi sehingga saya dapat mengetahui pembelajaran seperti apa yang mereka inginkan.


6. Process

Di modul ini memberikan pembelajaran pentingnya sebuah visi untuk melakukan sebuah perubahan. Pemetaan kekuatan dan strategi untuk mewujudkan visi yaitu murid yang memiliki nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila melalui Merdeka Belajar


9.23.2022

AKSI NYATA MODUL 1.2 NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

    Nilai dan Peran guru penggerak sangat erat kaitannya dengan Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Ki hajar dewantara merumuskan bahwa fokus utama Pendidikan adalah murid. Guru harus mampu membuat situasi pembelajaran yang mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman murid-muridnya. Maka untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan guru dengan nilai dan peran yang diharapkan dalam Pendidikan guru penggerak ini. guru penggerak diharapkan dapat memiliki, menghayati dan mempraktikkan nilai dan perannya. Guru penggerak harus mandiri yaitu bertanggung jawab secara penuh dengan apa yang dilakukan dalam rangka mewujudkan keinginannya tanpa menunggu perintah orang lain, dan siap menerima segala konsekuensinya. 
    Namun, selain mampu bekerja secara mandiri itu penggerak juga harus mampu bekerja sama, dan memahami peran yang diemban atau kolaboratif. Kemudian Guru Penggerak juga harus Inovatif atau memiliki Ide-ide kreatif yang muncul dari pemikirannya saat menghadapi situasi tertentu. Hal ini diperlukan agar Guru Penggerak mampu menciptakan pembelajaran yang berpihak pada Murid dimana ia menjadikan murid sebagai tujuan keberhasilan proses pembelajaran. Selain nilai diatas, guru penggerak juga harus bisa menjadi pemimpin pembelajaran. Kemudian tidak hanya dalam pembelajaan guru penggerak juga diharapkan dapat menggerakan komunitas praktisi dengan menjadi coach bagi guru lain di sekolahnya maupun di wilayahnya serta mampu mendorong kolaborasi antar guru untuk mewujudkan kepemimpinan Murid.


Aksi nyata yang telah saya lakukan pada beberapa pembelajaran materi Teks Cerita Fantasi pada semester 1 kelas VII pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :



    Pada pembelajaran Bahasa Indonesia, di kelas saya telah melakukan kontrak belajar terlebih dahulu saat pembelajaran berlangsung ada beberapa aturan yang saya sebagai guru dan siswa yang telah kami sepakati. Hal tersebut dalam melatih kemandirian siswa dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sebagai nilai guru penggerak yang saya terapkan. Di akhir pembelajaran pun saya selalu melakukan refleksi pembelajaran bersama siswa. 





    Yang kedua adalah saya telah menumbuhkan nilai inovatif saya sebagai guru penggerak dalam mengembangkan kualitas pembelajaran yang saya lakukan. Saya melakukan inovasi dengan membuat media pembelajaran Materi Teks Cerita Fantasi dengan berbasis Android yaitu menggunakan aplikasi Toontastic 3D dalam mengembangkan kerangka cerita yang siswa telah buat. Hal tersebut juga mendorong siswa untuk melakukan kolaborasi bersama kelompoknya.





        Selanjutnya, saya melakukan peningkatan kepemimpinan siswa dalam kompetensi berbicara. Perwujudan hal tersebut dilakukan dengan bercerita atau menceritakan kembali cerita teks cerita fantasi yang telah siswa buat. Contohnya lagi dalam melakukan presentasi pun siswa sudah melakukan peningkatan motivasi dalam memimpin teman-temannya. Beberapa lomba literasi pun telah saya lakukan pembinaan secara langsung pada peserta didik, sehingga siswa pun mendapatkan prestasi baik di tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional.


        Hal yang saya lakukan pada aksi nyata selanjutnya adalah menjalin kolaborasi. Peran saya sebagai guru penggerak dalam menjalin kolaborasi saya lakukan dengan menjalin kerjasama dengan rekan sejawat dengan membentuk komunitas praktisi seperti MGMP maupun komunitas literasi di kabupaten Kepahiang.



    Hal terakhir yang telah saya lakukan juga dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila. Hal tersebut saya lakukan dengan pemenuhan materi kaidah kebahasaan Teks Deskripsi yang memungkinkan siswa dalam bergotong-royong melakukan observasi pada papan Nama Merk Toko-toko atau warung di sekitar kabupaten Kepahiang. Hal tersebut huna menumbuhkan kesadaran cinta pada bahasa nasional siswa yakni bahasa Indonesia. Siswa menganalisis penulisan papan merk toko yang salah karena adaptasi bahasa asing. Kemudian mewujudkan profil pelajar pancasila yang berkebhinekaan global serta berpikir kritis dalam menganalisis kesalahan penggunaan Bahasa Indonesia.



PELIMA CERIA KUJANG

Di kelas, saya menghadapi peserta didik kelas tujuh yang tidak semangat dalam pembelajaran materi menulis dan menceritakan kembali cerita. K...