9.23.2022

JURNAL REFLEKSI MODUL 1.2

MODEL 4F

Refleksi menggunakan model 4F/4P; facts, feelings, findings, future /peristiwa, perasaan, pembelajaran, penerapan)




FACTS (Peristiwa)

Banyak ilmu dan hal baru yang saya peroleh selama mengikuti kegiatan ini. Di modul 1,2 ini saya bisa memahami tentang nilai dan peran yang diemban oleh guru penggerak khususnya dan seluruh guru pada umumnya. Nilai guru penggerak; berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan inovatif. Peran guru penggerak; menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, dan menggerakkan komunitas praktisi. Nilai dan peran guru penggerak diimplementasikan untuk mencapai merdeka belajar dan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.






FEELINGS (Perasaan)

Pembelajaran modul 1.2 telah usia saya lakukan, melalui LMS secara daring sudah terlaksana dengan lancar, baik secara ansinkronus maupun sinkronus dengan Fasilitator dan Instruktur (dalam kegiatan ruang kolaborasi dan elaborasi pemahaman). Dari semua tahap kegiatan yang sudah saya lalui saya merasa bersyukur dan bahagia telah mendapat ilmu dari Fasilitator dan Instruktur serta teman-teman CGP lain yang luar biasa.



FINDINGS (Pembelajaran)

Pelajaran yang saya dapat dalam proses mempelajari modul 1.2 adalah saya bisa mendapat ilmu baru bahwa untuk mencapai merdeka belajar dan Profil Pelajar Pancasila, guru perlu menerapkan nilai dan peran guru penggerak dengan semaksimal mungkin. Murid adalah subyek pembelajaran yang 'wajib' kita perlakukan secara 'merdeka'. Setiap tahap perkembangannya harus mendapat perhatian dan sebagai bahan pertimbangan dalam proses belajar. Guru adalah 'penuntun' agar murid tidak salah arah dan dapat mencapai keselamatan dan kebahagiannya.



FUTURE (Penerapan)

Dalam upaya mencapai Profil Pelajar Pancasila maka tindakan/ aksi yang seyogyanya saya lakukan setelah mempelajari modul ini adalah :

1. Berusaha menerapkan nilai dan peran guru penggerak semaksimal mungkin.

2. Selalusemangat melakukan kegiatan pengembangan diri terutama dalam kegiatan PPGP.

3. Melakukan evaluasi dan refleksi pada akhir setiap kegiatan.

4. Berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah.

5. Menggerakkan komunitas praktisi agar bisa bersama-sama menerapkan pembelajaran yang merdeka, menyenangkan dan berpihak pada murid.



AKSI NYATA MODUL 1.2 NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

    Nilai dan Peran guru penggerak sangat erat kaitannya dengan Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Ki hajar dewantara merumuskan bahwa fokus utama Pendidikan adalah murid. Guru harus mampu membuat situasi pembelajaran yang mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman murid-muridnya. Maka untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan guru dengan nilai dan peran yang diharapkan dalam Pendidikan guru penggerak ini. guru penggerak diharapkan dapat memiliki, menghayati dan mempraktikkan nilai dan perannya. Guru penggerak harus mandiri yaitu bertanggung jawab secara penuh dengan apa yang dilakukan dalam rangka mewujudkan keinginannya tanpa menunggu perintah orang lain, dan siap menerima segala konsekuensinya. 
    Namun, selain mampu bekerja secara mandiri itu penggerak juga harus mampu bekerja sama, dan memahami peran yang diemban atau kolaboratif. Kemudian Guru Penggerak juga harus Inovatif atau memiliki Ide-ide kreatif yang muncul dari pemikirannya saat menghadapi situasi tertentu. Hal ini diperlukan agar Guru Penggerak mampu menciptakan pembelajaran yang berpihak pada Murid dimana ia menjadikan murid sebagai tujuan keberhasilan proses pembelajaran. Selain nilai diatas, guru penggerak juga harus bisa menjadi pemimpin pembelajaran. Kemudian tidak hanya dalam pembelajaan guru penggerak juga diharapkan dapat menggerakan komunitas praktisi dengan menjadi coach bagi guru lain di sekolahnya maupun di wilayahnya serta mampu mendorong kolaborasi antar guru untuk mewujudkan kepemimpinan Murid.


Aksi nyata yang telah saya lakukan pada beberapa pembelajaran materi Teks Cerita Fantasi pada semester 1 kelas VII pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :



    Pada pembelajaran Bahasa Indonesia, di kelas saya telah melakukan kontrak belajar terlebih dahulu saat pembelajaran berlangsung ada beberapa aturan yang saya sebagai guru dan siswa yang telah kami sepakati. Hal tersebut dalam melatih kemandirian siswa dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sebagai nilai guru penggerak yang saya terapkan. Di akhir pembelajaran pun saya selalu melakukan refleksi pembelajaran bersama siswa. 





    Yang kedua adalah saya telah menumbuhkan nilai inovatif saya sebagai guru penggerak dalam mengembangkan kualitas pembelajaran yang saya lakukan. Saya melakukan inovasi dengan membuat media pembelajaran Materi Teks Cerita Fantasi dengan berbasis Android yaitu menggunakan aplikasi Toontastic 3D dalam mengembangkan kerangka cerita yang siswa telah buat. Hal tersebut juga mendorong siswa untuk melakukan kolaborasi bersama kelompoknya.





        Selanjutnya, saya melakukan peningkatan kepemimpinan siswa dalam kompetensi berbicara. Perwujudan hal tersebut dilakukan dengan bercerita atau menceritakan kembali cerita teks cerita fantasi yang telah siswa buat. Contohnya lagi dalam melakukan presentasi pun siswa sudah melakukan peningkatan motivasi dalam memimpin teman-temannya. Beberapa lomba literasi pun telah saya lakukan pembinaan secara langsung pada peserta didik, sehingga siswa pun mendapatkan prestasi baik di tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional.


        Hal yang saya lakukan pada aksi nyata selanjutnya adalah menjalin kolaborasi. Peran saya sebagai guru penggerak dalam menjalin kolaborasi saya lakukan dengan menjalin kerjasama dengan rekan sejawat dengan membentuk komunitas praktisi seperti MGMP maupun komunitas literasi di kabupaten Kepahiang.



    Hal terakhir yang telah saya lakukan juga dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila. Hal tersebut saya lakukan dengan pemenuhan materi kaidah kebahasaan Teks Deskripsi yang memungkinkan siswa dalam bergotong-royong melakukan observasi pada papan Nama Merk Toko-toko atau warung di sekitar kabupaten Kepahiang. Hal tersebut huna menumbuhkan kesadaran cinta pada bahasa nasional siswa yakni bahasa Indonesia. Siswa menganalisis penulisan papan merk toko yang salah karena adaptasi bahasa asing. Kemudian mewujudkan profil pelajar pancasila yang berkebhinekaan global serta berpikir kritis dalam menganalisis kesalahan penggunaan Bahasa Indonesia.



DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.2

GAMBARAN DIRI SAYA SEBAGAI GURU PENGGERAK DI MASA DEPAN


Membayangkan diri sudah lulus program CGP dan telah menjalani peran sebagai Guru Penggerak selama 3 tahun. Penggambaran detail kegiatan yang mewujudkan tiap nilai Guru Penggerak.


Tugas guru penggerak untuk melakukan perubahan tidak ringan oleh karena itu guru penggerak harus sehat kuat baik secara fisik maupun mental oleh karenanya saya akan akan membiasakan diri untuk selalu dapat melakukan aksi, tanggungjawab dan turun tangan melakukan perubahan yang berpihak pada murid.


Menciptakan pembelajaran berbasis Android /digital untuk memaksimal penggunaan HP ke arah yang positif dengan menugaskan siswa membuat media pembejaran berupa presentasi, desain, animasi , edit video dan lain-lain dengan memanfaatkan aplikasi yang ada di playstore.


Senantiasa membangun daya sanding yaitu menciptakan saling ketergantungan positif semua pihak mulai dari kepala sekolah, TU, guru, komite, maupun di luar sekolah seperti dinas terkait, pejabat daerah dan lain-lain. Membangun rasa saling percaya diri dan saling menghargai kekuatan serta perbedaan peran antar teman guru sehingga tumbuh semangat saling mengisi, saling melengkapi untuk kepentingan pembejalaran pada murid.


Reflektif Senantiasa memaknai pengalaman yang terjadi pada pribadi maupun lingkungan sekeliling dengan memanfaatkan pengalaman tersebut sebagai pembelajaran untuk menuntun diri saya pribadi, murid dalam menangkap hikmah positif dari pengalaman tersebut untuk mewujudkan diri sendiri dan murid sebagai profil pelajar pancasila.

Selalu mengupayakan peningkatan efikasi diri dan mengambil keputusan yang masuk akal dan bertanggungjawab untuk memperkualitas kinerja dan hasil kerja. Mengejawantahkan tindakan nyata sebagai perbaikan diri dalam melakukan tugas dan tidak mengulang kesalahan yang sama







Berpihak Menyediakan suasana belajar dan proses Pada Murid pembelajaran yang positif serta berkualitas pada murid dengan membuat suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi dalam mencari sumber belajar, menuntun murid untuk dapat mengembangkan minat dan bakat murid dengan menyediakan fasilitas yang sesuai. Segala hal yang saya lakukan akan lebih mengutamakan pemuasan kepentingan murid/alumni terkait dengan pekerjaan pokok selaku guru.


RUANG KOLABORASI MODUL 1.2







MULAI DARI DIRI (MODUL 1.2)


Apa pristiwa positif dan negatif yang pernah saya alami, siapa saja yang terlibat, dan apa yang saya rasakan.


Peristiwa positif

Ketika saya berusia 14 tahun saat itu saya duduk dibangku kelas 2 SMP, saat itu saya mengenal salah satu guru seni budaya di sekolah, saat itu tepatnya di SMP Negeri 2 Mojokerto. Guru Seni Budaya yang saya idolakan tersebut bernama Ibu Rahayu dan beliau menjadi inspirasi saya belajar dalam hal seni Musik. Saat itu saya sudah belajar memainkan alat musik gitar. Bu Rahayu mendorong dan memotivasi saya membentuk sebuah grup band perempuan yang menjadi band favorit di kota kecil saya lahir. Sebuah momen saya berinteraksi sosial dengan teman-teman saya di sekolah juga dengan guru tersebut menjadi momen yang sangat berkesan bagi saya. Sampai sekarang, anak-anak saya pun saya dukung penuh dengan bidang yang mereka sukai. Salah satunya anak kedua saya yang juga mengalami peristiwa positif pada bidang seni musik dan terlebih lagi alat musik gitar. 


Peristiwa negatif

Ketika saya duduk dibangku kelas 2 SMU, saya mengalami pristiwa negatif dengan teman saya yang menjadi sahabat saya. Saat itu, saya dan teman saya yang biasanya duduk sebangku dengan berinteraksi apa adanya. Saat pelajaran matematika, saya kurang paham dan bertanya kepada teman sebangku yang merupakan sahabat saya. Kesalahan saya, saya bertanya saat guru menjelaskan. Disitulah saya dan teman saya dipanggil dan dimarahi dan dihukum dengan berdiri dekat papan tulis dengan posisi memegang telinga dan berdiri dengan 1 kaki. Hal tersebut membuat saya teringat sampai saat ini. Karena peristiwa itu membuat saya malu dan membuat saya menyesal sekaligus.


2. Nilai dan peran guru penggerak menurut saya

1.       Apa nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?

Nilai-nilai yang ada dalam diri saya: 

Inovatif dan kreatif, saya dengan selalu membuat inovasi pada pembelajaran pada siswa siswi saya untuk selalu mengembangkan potensinya dibidang seni, budaya dan literasi sastra. Bagi saya, guru dikatakan dapat menggerakkan siswa apabila bisa mengantarkan anak didik meraih prestasi. Oleh karenanya, saya membimbing anak didik saya pada ajang kompetisi siswa baik dalam bidang bahasa Inggris maupun bidang kepenulisan. Dalam pembimbingan, pasti kadang berhasil meraih juara kadang juga tidak. Itu sudah hal yang biasa bagi saya. Saya selalu mengatakan kepada anak didik saya “seorang pemenang bukan berarti tidak pernah kalah dan terjatuh namun dia segera bangkit dan berkarya lagi.” 


2.       Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam mengerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?

Setelah mengetahui nilai-nilai dari Guru Penggerak yang saya rasakan ternyata saya sudah memiliki sebagian dari nilai-nilai yang terdapat pada Guru Penggerak tesebut yaitu nilai mandiri dan reflektif. Saya selalu memotivasi diri sendiri untuk melakukan segala keperluan tanpa bergantung pada orang lain, dan berusaha menyelesaikan berbagai masalah yang saya temukan untuk bisa diselesai sendiri. Termasuk dalam melaksanakan pembelajaran pada siswa. Saya berusaha membuat pembelajaran yang dapat diterima oleh siswa sehingga siswa memperoleh kompetensi yang diharapkan. Setelah melakukan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan, terkadang saya merefleksi pembelajaran tersebut baik kelebihan dan kekurangannya. 

DEMONTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.1

Metafora atau perlambang menjadi salah satu cara yang efektif untuk memahami sebuah konsep yang rumit. Filosofi KHD mengenai asas Tri-Kon dapat dilambangkan sebagai sistem tata surya, di mana murid digambarkan sebagai planet yang mengorbit pada matahari (simbol nilai kemanusiaan) dalam garisnya masing-masing. Setiap planet berevolusi dengan kecepatan yang berbeda-beda, namun tak pernah berhenti bergerak (Syahril, 2018).

Selain metafora, cara lain untuk mengabadikan pemahaman dan pengalaman belajar kita adalah dengan karya seni. Jadi, mengapa kita tidak menciptakan sesuatu yang menarik mengenai filosofi pendidikan KHD? Membuat lagu, puisi, gambar, poster metafora, atau karya apapun tentu akan menyenangkan.


KARYA LAGU

PROFIL PELAJAR PANCASILA


Suasana belajar yang gembira

berani bicara itu bukan nakal

itu tanda siswa berpikir kritis

belajar dengan gembira menggembirakan


pengajaran kini tak lagi menuntut

lebih menuntu siswa tuk berkembang

kemampuan tuk berpikir merdeka

siswa bebas tanpa paksaan belajar


ing ngarso sung tulodho

ing madya mangun karso

dan juga tut wuri handayani


beriman pada tuhan

berbhineka global

bergotong royong

aktif dan kreatif

siswa bernalar kritis

dan juga mandiri

itulah profil pelajar pancasila

pemikiran ki Hajar Dewantara






RUANG KOLABORASI KONSEP MODUL 1.1

IMPLEMENTASI "TEPUNG SETAWAR" SEBAGAI KEKUATAN PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA YANG SESUAI DENGAN KONTEKS SOSIAL KULTURAL 
MASYARAKAT KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU





Kaitan “Tepung Setawar” antara konteks lokal dan Pemikiran KHD

        Pendekatan pembelajaran bagi peserta didik melalui pengenalan Tradisi Hukum adat Tepung Setawar yang direpresentasikan oleh suku Rejang yang notabene adalah Suku Minoritas Kabupaten Kepahiang

        Berhubungan dengan Pengajaran kecakapan hidup bagi peserta didik dan masyarakat Kepahiang sesuai KHD, maka kecakapan hidup yang berhubungan dengan muna sebagai salah satu upaya untuk melestarikan tepung setawar

 

Alasan Kontekstual kenapa Mengangkat Ide Tepung Setawar

        Menumbuhkan karakter kepedulian, tanggungjawab dan kekeluargaan

        Implementasi Pembelajaran dan proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah proses pembelajaran yang dilakukan bukan saja semata-mata agar anak bisa bersekolah, ujian hasilnya baik dan lain-lain tetapi juga suatu proses pembelajaran dan pekerjaan yang menjadikan anak bangsa menjemput peradaban itu yaitu perpaduan antara value substantif yang terkandung dalam nilai pendidikan dan kebudayaan

 

KEKUATAN :

        Dapat Menyelesaikan permasalahan kedua belah pihak yang bertikai

        Menumbuhkan karakter kepedulian, tanggungjawab dan kekeluargaan

 

Tantangan dan Solusi Penerapan di Kelas dan Sekolah :

Mayoritas sekolah belum ada yang menggunakan penyelesaian masalah pertikaian fisik dan non fisik dengan hukum adat tradisi setempat.

Sehingga, tantangan dalam penerapan tradisi Tepung Setawar ini harus bisa melibatkan beberapa Lembaga kebudayaan, komite sekolah, pihak BK dan sebagainya yang terkait dengan tradisi tersebut.

 

Contoh Konkret dalam Pembelajaran :

Tidak hanya pembelajaran yang menyangkut fisik saja seperti PJOK, akan tetapi pembelajaran mata pelajaran lain tidak menutup kemungkinan diperlukan adanya tradisi Tepung setawar.

Contohnya pada pelajaran Bahasa Indonesia, saat diskusi terjadi penyinggungan secara kata-kata (kekerasan non verbal), sehingga diperlukan tepung setawar sebagai solusinya






















 







9.22.2022

EKSPLORASI KONSEP Modul 1.1

Mengenal konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) dengan menyimak beberapa video menarik tentang, kondisi Pendidikan pada zaman kolonial, perjalanan pemikiran Ki Hadjar Dewantara sejak pembentukan Perguruan Taman Siswa hingga pemikiran-pemikiran KHD tentang bagaimana menjadi manusia merdeka.

Potret pendidikan Indonesia sejak zaman kolonial hingga kini. Bagian yang palik menarik bagi saya adalah harusnya kita semua layaknya bersyukur sudah hidup setelah Indonesia merdeka, di mana kita bisa mengenyam pendidikan dengan layak tanpa adanya unsur tekanan hingga diskriminasi. Tentu saja ini jauh dari kondisi masa penjajahan Belanda dulu, sebab hanya segelintir anak yang bisa masuk ke sekolah. Adapun banyak itu adalah dari kalangan bangsawan atau elit masyarakat Pada zaman kolonial Belanda pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kemampuan penduduk pribumi secepat-cepatnya melalui pendidikan Barat. Praktek pendidikan Barat ini diharapkan bisa mempersiapkan kaum pribumi menjadi kelas menengah baru yang mampu menjabat sebagai “pangreh praja”. Tetapi praktek pendidikan kolonial tersebut masih menunjukkan diskriminasi antara anak pejabat dan anak kebanyakan. Kesempatan luas tetap saja diperoleh anak-anak dari lapisan atas. Penjajah Belanda dalam perjalanan sejarahnya menunjukkan bagaimana iamenerapkan kebijakan pendidikan yang diskriminatif dan menghalangi pertumbuhan.







AKSI NYATA MODUL 1.1 "Pembelajaran Berbasis Android yang Menyenangkan dan bermakna kemudian Berpusat pada Siswa"


AKSI NYATA MODUL 1.1

Pembelajaran Berbasis Android yang Menyenangkan dan bermakna kemudian Berpusat pada Siswa


Materi pelajaran Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai konten aplikasi berbasis android salah satu pilihannya yaitu materi “Teks Cerita Rakyat”. Materi tersebut dapat membuat peserta didik dalam memiliki kemampuan kognitif, afektif, dan juga psikomotori. Sedangkan melalui materi teks cerita rakyat ini peserta didik akan mengerti, memahami, dan meyakini teks bacaan tentang informasi tertentu (Kristyanawati et al., 2019, p. 193). Menulis suatu karangan eksposisi merupakan kegiatan menulis dengan tujuan memaparkan topik secara jelas atau singkat supaya pembaca mendapatkan informasi dan pengetahuan yang disajikan. Karangan yang berfungsi untuk mengupas, mengurai, dan menarasikan sesuatu disebut sebagai teks cerita (Wahyudi et al., 2018, p. 1473). 

Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan, maka menciptakan media pembelajaran berbasis android, memerlukan dua hal yaitu pengetahuan guru terhadap teks


Tujuan pada aksi nyata ini adalah :
  • Mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, sehingga materi yang mereka pelajari akan menjadi lebih bermakna.
  • Mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center oriented). Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
  • Tolok Ukur
Adapun tolok ukur keberhasilan dari aksi nyata yang dilaksanakan ini sebagai berikut.
1. Siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.
2. Berkembangnya kompetensi yang dimiliki siswa baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
3. Siswa menunjukkan perilaku profil pelajar Pancasila


Dukungan yang Dibutuhkan

Untuk melancarkan pelaksanaan rancangan aksi nyata yang telah saya susun tentunya penulis memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Adapun dukungan yang saya perlukan yaitu; dukungan kepala sekolah, dukungan dari rekan-rekan guru di sekolah, dan juga dukungan serta kerjasama dari orang tua siswa.


HARAPAN DAN EKSPEKTASI

Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini?

Harapan terbesar saya sebagai pendidik adalah bagaimana saya dapat mengintegrasikan pemikiran KHD dalam pembelajaran di kelas. Saya berharap dapat mengajar siswa sesuai kodratnya sebagai siswa yang belajar dengan merdeka tanpa batasan dan aturan aturan ini dan itu. Siswa dapat berpikir kritis.


Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?

Saya berharap siswa lebih berprestasi dengan cara yang sesuai pembelajaran yang merdeka. Siswa lebih cenderung berpikir kritis tanpa terhalangi aturan-aturan dan nilai-nilai angka yang hanya membatasi prestasi mereka


Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?

Saya berharap kegiatan yang dapat menjadi pengalaman mengajar yang lebih menyenangkan, materi pun saya harap dapat mendukung saya untuk lebih mendukung pembelajaran secara aktif pada siswa. 




REFLEKSI KI HAJAR DEWANTARA

  • Apa yang ada Anda ketahui tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran?

Berbicara mengenai pendidikan Indonesia, tidak terlepas dengan sosok Ki Hajar Dewantara yang merupakan Bapak Pendidikan Nasional. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan adalah menempatkan kemerdekaan sebagai syarat dan juga tujuan membentuk kepribadian serta kemerdekaan batin bangsa Indonesia agar peserta didik selalu kokoh berdiri membela perjuangan bangsanya.Hal itu dikarenakan kemerdekaan menjadi tujuan pelaksanaan pendidikan, maka sistem pengajaran haruslah berfaedah bagi pembangunan jiwa dan raga bangsa. Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan. Ia menginginkan peserta didik harus mengunakan dasar tertib dan damai, tata tenteram dan kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi prioritas. Karena ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas seseorang.


  • Apa relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan di sekolah Anda secara khusus?

Guru yang efektif adalah yang memiliki keunggulan dalam mengajar (pamong); dalam hubungan (relasi dan komunikasi) dengan peserta didik dan anggota komunitas sekolah; dan juga relasi dan komunikasinya dengan pihak lain (orang tua, komite sekolah, pihak terkait); segi administrasi sebagai guru; dan sikap profesionalitasnya. Guru bukan sekedar berperan sebagai pembimbing dan perantara dalam pembelajaran, guru juga sebagai teman bagi siswa.  Memahami konsep pendidikan diibaratkan sawah sebagai tempat persemaian benih-benih. Dimana benih-benih tersebut harus diberikan perawatan yg tepat, pupuk yang tepat. Dan jangan sekali-kali berharap saat kita menanam jagung akan tumbuh padi. Begitu pula sebaliknya. Disini kita diajarkan bahwa anak harus bertumbuh kembang sesuai dengan potensinya masing-masing


  • Apakah Anda merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru?

Secara persentase dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai pemikiran KHD belum 100%. Saya sebagai guru melaksanakan pemikiran KHD dengan memerdekakan siswa dalam pembelajaran. Saya sebagai pengajar tidak menerapkan sikap harus menurut pada guru. Saya selalu menerapkan saya sebagai teman siswa dalam pembelajaran di kelas

Berikut testimoni guru sejawat dan para siswa



9.03.2022

Lokakarya Orientasi CGP angkatan 6 Provinsi Bengkulu

Pendidikan Guru Penggerak sudah memasuki Angkatan 6. PGP (Pendidikan Guru Penggerak) Angkatan 6 sudah resmi digelar dan pembukaannya disiarkan serentak melalui ruang Zoom meeting  pada tanggal 3 September 2022.

Proses pembelajaran dilakukan melalui sebuah Learning Management System (LMS) yang dikembangkan oleh para ahli di lingkungan Kementerian Pendidikan Republik Indonesia. Pembelajaran berlangsung secara daring menggunakan media Google Meet yang difasilitasi oleh para Fasilitator. CGP menyelesaikan lebih kurang 10 modul pembelajaran yang tertanam pada LMS di akun SIMPKB masing-masing peserta.

Untuk menyelesaikan modul-modul tersebut, para CGP memelajarinya dengan mengikuti alur belajar MERDEKA (Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antarmateri, dan Aksi Nyata). Para peserta belajar mandiri, mendengarkan paparan fasilitator dan curah pendapat, berdiskusi, berkolaborasi, membuat karya, dan mempresentasikan hasil kerja kelompok.

Di luar sesi belajar melalui LMS, para Calon Guru Penggerak belajar secara luring dalam bentuk Pendampingan Individu dan Lokakarya. 

PELIMA CERIA KUJANG

Di kelas, saya menghadapi peserta didik kelas tujuh yang tidak semangat dalam pembelajaran materi menulis dan menceritakan kembali cerita. K...